Desa Minomartani merupakan salah satu desa yang ada di Kota Yogyakarta, tepatnya berada di Kabupaten Sleman. Desa yang berada di Kecamatan Ngaglik ini memiliki beberapa keindahan dan keunggulan diantaranya yaitu, Seni Tari Badui Kubro Siswo, Laras Mudo dari Dusun Gantalan, wisata Ikan Raksasa Paimo (Arapaima), dan di Desa Minomartani juga terdapat Masjid Phatok Negara (Masjid Shultoni).
Kesenian Badui ada sejak tahun 1958. Bagi masyarakat, kesenian Badui ini memiliki manfaat yang cukup besar. Selain sebagai pertunjukan yang bertujuan untuk menghibur masyarakat, kesenian ini juga bertujuan sebagai media dakwah. Tari Badui merupakan perpaduan antara unsur tari dan nyanyian (Qasidah Arab). Kesenian Badui yang dilestarikan oleh Paguyuban Seni Shalawat Badui Kubra Siswo Laras Mudo dari Dusun Gantalan ini sampai sekarang masih mampu mempertahankan eksistensinya di tengah gelombang modernisasi. Bahkan sering kali mendapatkan penghargaan serta mementaskan pertunjukan di acara-acara penting.
Arapaima meruakan jenis ikan air tawar terbesar di dunia. Ikan ini ditemukan di Sungai Amazon yang memiliki iklim tropis. Arapaima termasuk salah satu ikan predator yang ganas di perairan Sungai Amazon. Keganasan ikan Arapaima dinilai dapat merusak ekosistem. Dari keganasannya tersebut membuat Arapaima menjadi salah satu dari ikan yang dilarang di perairan Indonesia. Namun di Desa Minomartani, tepatnya di Dusun Plosokuning III, ikan Arapaima dipelihara dan menjadi salah satu objek wisata. Ikan Arapaima yang ada di Dusun Plosokuning III ini yang paling besar mempunyai panjang sekitar 2,5 meter. Sayangnya ikan tersebut mati pada tahun 2016. Namun saat ini masih ada beberapa ikan Arapaima yang masih hidup, tapi tidak sebesar ikan yang mati tersebut.
Selain masjid Gede yang berada di pusat pemerintahan, Kasultanan Yogyakarta juga membangun masjid di empat penjuru mata angin. Keempat masjid tersebut disebut sebagai Masjid Pathok Negara. Pathok Negara bisa diartikan juga sebagai batas wilayah negara atau pedoman bagi pemerintahan negara. Salah satu Masjid Pathok Negara yaitu berada di dusun Plosokuning. Bentuk masjid Sulthoni ini mirip dengan bangunan Masjid Gede Kauman karena dibangun setelah Masjid Gede Kauman. Ciri khas dari Masjid Sulthoni ialah adanya kolam yang mengelilingi masjid untuk membasuh kaki. Secara keseluruhan Masjid Pathok Negara memiliki fungsi sebagai pusat pendidikan, tempat upacara atau kegiatan keagamaan, bagian dari sistem pertahanan, sekaligus bagian dari sistem peradilan keagamaan yang disebut juga sebagai Pengadilan Surambi.
Penulis: Mutiya Nur Anisa (UST)