BANTUL – Dalam rangka turut memeriahkan hari jadi Kabupaten Bantul yang ke 188 tahun 2019 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI yang didukung sepenuhnya oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga dan Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul, menggelar acara “Internalisasi Nilai Tradisi Melalui Permainan Tradisional dan Cerita Rakyat”, di Lapangan Trirenggo Bantul, selama dua hari rabu dan kamis tanggal 10 – 11 Juli 2019.
Melalui sambutan tertulisnya, Mendikbud menyampaikan bahwa bangsa Indonesia memiliki warisan budaya (culture heritage) yang beranekaragam. Warisan budaya tersebut antara lain: permainan tradisional dan cerita rakyat (dongeng) di setiap daerah. Sambutan dibacakan oleh Satrio Puji Rahardjo, Kepala Seksi Ekspresi Budaya Tradisional Kemendikbud RI, di Lapangan Trirenggo, Rabu (10/7/2019).
“Selama dua hari, kita mengajak anak-anak pelajar tingkat TK, SD, dan SLTP, juga dari anak muda disabilita di Bantul, untuk diajak kenalan kembali dan membedah nilai-bilai budaya tradisi yang ada dalam permainan anak di Yogyakarta,” kata Satrio.
Melibatkan lebih dari 200 pelajar, agenda hari pertama workshop dan lomba permainan anak, hari kedua dongeng cerita rakyat Bantul. Dalam workshop, peserta diajak dan dilibatkan untuk mengenal kembali permainan anak tradisional yang kemungkinan mereka mulai tidak tahu, seperti; egrang, gobak sodor, bakiak, dakon, bas-bas-an, gangsing, kitiran, othok-othok, kasti dan kelereng.
Kegiatan ini didukung juga oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah raga Kabupaten Bantul, Dinas Kebudayaan Bantul, sedangkan pelaksanaannya kerjasama dengan instruktur dari Kampung Dolanan Anak Sewon Bantul.
Ridwan salah satu peserta dari SLTPN Pandak mengatakan bahwa permainan asyik, dirinya bahkan ada yang tidak tahu ada permainan gasingan, menurutnya meski bisa bermain, tapi belum paham maksud dari arti permainan.
“Ndak tau maksudnya permainan apa, ya bermain saja, karena senang,” ujar Ridwan.
Menurut Mendikbud, sebagaimana dalam sambutannya, permainan tradisional dan cerita rakyat sesungguhnya dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai budaya bangsa kepada generasi muda, karena merupakan perwujudan dari tingkah laku manusia yang terwujud dari serentetan nilai-nilai yang menurut masyarakat atau kelompok suku bangsa pendukungnya diakui keberadaannya, seperti nilai: kebersamaan, sportifitas, berani bersaing, kejujuran, kepahlawanan, dan sebagainya.
“Tujuan kegiatan ini, untuk melestarikan warisan budaya bangsa yang berkaitan dengan permainan tradisional dan cerita rakyat; dan meningkatkan apresiasi terhadap keragaman budaya bangsa dan menanamkan nilai-nilai tradisi yang terkandung di dalamnya,” pungkas Satrio.
Harapannya ditengah gempuran permainan online, masyarakat tidak meninggalkan tradisi budaya di wilayah masing-masing.
Bang Tedi Way
Suarapemudajogja – Internalisasi Nilai Tradisi Bantul Jogjakarta https://youtu.be/Ul7j1GeGk0U
Permainan Anak Tradisional Sebagai Media Penanaman Nilai Budaya Luhur Masyarakat Yogyakarta https://youtu.be/iOwxTC7bDPg