BANTUL – Sebagai bagian dari literasi sejarah sekaligus pengenalan terhadap sisi historis dari beberapa situs di kabupaten Bantul, Pemerintah kabupaten Bantul melalui Dinas Kebudayaan, mengajak sebanyak 100 warga Bantul untuk mengunjungi tiga lokasi bersejarah yang ada di kabupaten Bantul, yakni Makam Syekh Maulana Maghribi, Cepuri Parangkusumo, dan berakhir di Museum Purbakala Pleret, Kamis (25/7/2019).
Rombongan didampingi tim dari Dinas Kebudayaan pertama-tama bertandang ke Makam Syekh Maulana Maghribi, yang berada di sekitaran kompeks Pantai Parangkusumo, Kretek, Bantul. Disana rombongan diterima oleh Abdi Dalem Kraton berjumlah sekitar 10 orang. Para abdi dalem bercerita mengenai bagaimana agama Islam masuk ke Indonesia khususnya ke Bantul, salah satunya pernah dilakukan oleh Syekh Maulana Maghribi.
“Atas dasar apa Syekh Maulana Maghribi datang ke Parangtritis? Tiada lain untuk menyebarkan agama Islam di tanah Jawa,” tutur Juru kunci yang juga koordinator Abdi Dalem Parangkusumo, Raden Mas Panewu Surakso Jaladri, kepada rombongan.
Perjalanan kemudian dilanjutkan tak jauh dari Makam, yakni ke Cepuri Parangkusumo. Disana rombongan kembali disambut oleh Abdi Dalem di Pendopo Cepuri yang berjumlah sekitar 9 orang.
Tak jauh berbeda, Cepuri Parangkusumo juga menawarkan kisah historis yang teramat sakral, namun kali adalah bagaimana parangkusumo terbentuk atas kekuasaan Ratu Kidul (sebelumnya Nyi Roro Kidul) dengan Panembahan Senopati. Para peserta terlihat antusias untuk mengikuti kisah terbentuknya Cepuri ini, beserta ritual yang mengiringinya.
Perjalanan terakhir berada di Museum Purbakala Pleret. Segera setelah kedatangan rombongan, para guider langsung menjelaskan bagaimana Pleret memiliki peranan penting dalam sejarah zaman kerajaan, seperti kerajaan Majapahit, Mataram, dll.
Penjelasan lebih lengkap mengenai sejarah pleret dan benda-benda peninggalannya dibagi dalam dua sesi. Sesi pertama adalah menonton tayangan audiovisual berupa dokumenter sejarah Pleret, dari yang dulunya sebuah kerajaan dan merupakan sebuah kota tersendiri bersama Kotagede, hingga akhirnya terbentuk menjadi salah satu kecamatan di kabupaten Bantul sampai saat ini. Sementara sesi berikutnya adalah layaknya Museum pada umumnya, yakni pameran (showpiece) benda-benda purbakala bersejarah peninggalan kerajaan Pleret. Benda-benda seperti bebatuan, keris, piringan, dsb masih asli dan tersimpan rapi di ruang koleksi museum, menjadi daya tarik bagi rombongan peserta maupun Dinas Kebudayaan.
Perjalanan lawatan sejarah ini diakhiri pada pkl 15.30 WIB, dan rombongan kembali diantar menuju kantor Dinas Kebudayaan di kompleks perkantoran Manding menggunakan bus. (qin)