BANTUL – SPJ – Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul menggelar acara “Workshop Sinergitas Ekonomi Kreatif TA 2024 ‘Potensi subsector Film, Animasi, Video dalam Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Bantul’, pada Rabu 21 Februari 2024, mulai pukul 09.00 wib di Resto Parangtritis.
Dihadiri dan dibuka oleh Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul, Kwintarto Heru Prabowo, S.Sos. hadir pula perwakilan dari Dinas Kebudayaan Bantul, Diskominfo Bantul, Bappeda Bantul, dan sineas di jejaring Paguyuban Sineas Bantul; Ujwala, Asa Setara, Komatera, SinemaTika, Blusukan Bantul, Polaman Kampung Sinema, dan lain-lain. Termasuk hadir jejaring pelaku ekraf kabupaten Bantul dan Parfi.
Dalam sambutannya, Kwintarto menjelaskan bahwa banyak potensi di wilayah kerja Dinas Pariwisata Bantul yang bisa diangkat menjadi bagian dari sebauh produksi film.
“Banyak tempat dan potensi wisata di Bantul yang bisa dijadikan bahan atau tempat pengambilan gambar dalam membuat film. Kami berharap teman-teman sineas yang hadir kelak jika membuat film bisa bekerjasama dengan kami,’ kata Kwintarto.
Hadir selaku narasumber Tedi Kusyairi pendiri dan pembimbing Paguyuban Sineas Bantul, Yulius Pramana Jati dosen STIKOM Yogyakarta pengurus Cinemartani, dan Mahmoud Elqadri perwakilan Parfi DIY. Diskusi dipandu oleh Abdul Rahman ketua Polaman Kampung Sinema.
Tedi Kusyairi menegaskan perihal potensi dan hambatan yang dihadapi sineas ketika memproduksi sinema di Bantul.
“Saat ini anak muda yang terjun ke dunia sinema itu banyak, bahkan dalam hal penguasaan teknologi infomeasi dan teknik sinematografi makin maju dan canggih. PR nya adalah melahirkan ide yang cerdas dalam penulisan cerita film dan bagaimana mengemasnya, selanjutnya lebih pada soal manajemen dan foundrising pendanaan pembuatan film dalam sektor nongovernment,” kata Tedi.
Yang dimaksudkan Tedi adalah menyoal kemandirian dalam produski film, ini jika secara pemerintahan sudah bisa mendorong iklim perfilman di Bantul, aspek swasta dibutuhkan untuk meningkatkan sektor ekonomikal dalam produksi film.
Sementara Yulius Pramana Jati lebih menekankan pada etika media, dimana jika bicara produksi film saat ini, agak jauh dari nilai dan estitika yang penuh dengan etika dalam karya film.
“Salah satunya banyak film yang dibuat namun tidak logis baik dalam pengemasan gambar dan ceritanya. Jogja selalu dicitrakan sebagai lelaki bersurjan, kan bukan hanya itu saja untuk menunjukkan nilai Jogja, ini yang harus diketengahkan kedepan,” kata Jati.
Sementara itu Mahmoud Elqadri lebih mengedepankan peran Parfi dalam pemajuan film dewasa ini, bahwa sebagai organisasi saat ini tidak hanya melulu dalam menyiapkan talent artis, Parfi dewasa ini bermetamorfosis menjadi lembaga pengembangan film pada umumnya.
Salah satu audiens bertanya kepada forum mengenai potensi anak muda Bantul yang bisa diarahkan dalam pengembangan perfilman, sehingga mengurangi kejahatan jalanan klitih dan kegiatan negatif lainnya.
“Peran Paguyuban Sineas Bantul (PSB) umpamanya bisa menjadi wadah bagi anak muda untuk menggeser orientasi kegiatan para ‘Gondhes’ ke dalam atmosfir positif, khususnya melalui film, jadi lebih kreatif,” kata Agung Lilik Prasetyo salah satu coach UMKM DIY (21/2/2024).
Di akhir sesi, perwakilan sineas yang hadir membuka diri untuk membuat film berbasis potensi ekraf dan wisata di Bantul, begitupun pihak pemerintah yang hadir bersiap da