Anda berada di
Beranda > Essay > TONGKAT ESTAFET BANGSA

TONGKAT ESTAFET BANGSA

Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 1000 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia.” Sebuah kutipan dari Ir. Soekarno menggambarkan bahwa peran pemuda sangat besar bagi bangsa. Pemuda yang sebagian besar terdiri dari kalangan pelajar diharapkan mampu membawa Indonesia ke kehidupan yang lebih gemilang. Dengan kematangan jasmani, perasaan, dan akal sangat wajar jika pemuda memiliki potensi yang paling besar. Pemuda adalah agen perubahan (agent of change) jika masyarakat terkungkung oleh tirani kezaliman dan kebodohan. Pemuda juga motor penggerak kemajuan ketika masyarakat melakukan proses pembangunan. Tongkat estafet peralihan suatu peradaban terletak di pundak pemuda. Dengan demikian, pelajar mempunyai peranan penting untuk memperkuat nilai-nilai kebangsaan

Pertama, peran pelajar adalah untuk belajar. Pelajar adalah orang yang mengenyam ilmu di bangku sekolah baik di sekolah formal maupun non formal. Pelajar bisa belajar mengenai wawasan kebangsaan untuk memupuk kesadaran dalam jiwa dan memperkuat nilai kebangsaan. Adapun nilai kebangsaan itu adalah empat konsensus dasar yang digalakkan oleh Lemhanas meliputi: Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika yang bertujuan memperkokoh ketahanan nasional. Peran pelajar untuk mewujudkan hal tersebut yang paling mudah namun membutuhkan kesadaran khusus ialah tertib mengikuti acara kepramukaan dan pembelajaran kebangsaan khususnya PKN dan Sejarah. “Metode pendidikan yang diterapkan dalam pendidikan kepanduan/kepramukaan sangat tepat digunakan untuk proses pemantapan nilai-nilai kebangsaan,” kata Jana, seorang profesor riset dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Sudah sangat tepat bila kegiatan pramuka diwajibkan untuk pelajar. Pelajar perlu memahami nilai kebangsaan dengan baik agar terhindar dari kemerosotan moral. Namun, kurangnya pemahaman membuat Indonesia menjadi negara yang hampir kehilangan jati dirinya karena mulai tergerus arus globalisasi. Menurut sebuah sumber dari radioidola, “Ribuan calon pegawai negeri sipil di Provinsi Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Gorontalo gagal melewati batas minimal seleksi materi tes, yakni wawasan kebangsaan, intelegensia, dan kepribadian. Angka kelulusan peserta tes tiga materi itu di bawah 1%.. Hanya 24 peserta dari 2.547 calon pegawai negeri sipil Pemprov Sulawesi Utara yang memenuhi passing grade (nilai batas minimal).”  Nah, berpayung fakta, fenomena ini mencerminkan apa? Tentu saja fenomena ini merupakan hal buruk yang mengancam NKRI karena generasi muda buta akan nilai kebangsaan. Dibandingkan zaman dahulu yang kaya akan nilai persatuan untuk meraih kemerdekaan, kondisi sosial saat ini kehausan akan nilai moral dan persatuan. Menyadari hal tersebut, Presiden Jokowi melalui Perpres 54/2017 berupaya menguatkan penanaman nilai-nilai pancasila sejak usia sekolah. Nah, karena itulah pemuda yang terpelajar memiliki beberapa keunggulan dibandingkan generasi pendahulu yaitu memiliki semangat tinggi, pemikiran kritis, idealis, kreatif dan siap tempur dalam menghadapi globalisasi yang menyesatkan. Untuk itulah, pelajar seharusnya memiliki kesadaran sendiri untuk mempelajari.

Kedua, peran pelajar ialah memajukan kehidupan bangsa. Dalam hal ini, pelajar memperkuat nilai kebangsaan tidak hanya di sekolah saja. Sebagai pemuda sudah selayaknya kita menjalankan tugas dan kewajiban kita yaitu mampu membuat perubahan. Namun, memasuki era millennial banyak pemuda yang kian lalai. Banyaknya kasus-kasus di Indonesia seperti, tawuran antarpelajar, demo dan bentrok mahasiswa, serta perpecahan lain yang mencermikan keretakan di sendi-sendi kebangsaan. Pemuda yang dulunya dianggap sebagai tongkat estafet bangsa, kini sudah tak berarti karena di era modern penjabaran masayarakat tentang pemuda cenderung mengarah pada kenakalan remaja, pergaulan bebas dan tindakan anarkis. Hal tersebut menunjukkan adanya penurunan kepercayaan dari masyarakat terhadap pemuda. Padahal, pemuda merupakan generasi penerus bangsa, dan seiring berjalannya waktu generasi pasti akan berganti, sehingga pemuda seharusnya sadar akan perannya bagi bangsa. Peran pelajar sebagai pemuda Indonesia antara lain:

  1. Memegang teguh nilai-nilai kebangsasan yang berlandaskan pancasila. Pemuda saat ini memiliki buah pemikiran yang lebih matang terkait konsep ilmu pengetahuan yang terus berkembang karena informasi di era ini semakin cepat menyebar. Hal itu menjadikan banyak pemuda tergiur dengan kecanggihan teknologi sehingga perlu adanya keyakinan kuat agar tidak terjerumus ke hal yang memecah belah persatuan.
  2. Senantiasa mengamalkan nilai kebangsaan seperti menjunjung tinggi  gotong royong dalam menyelesaikan pekerjaan, menyelesaikan masalah dengan musyawarah, serta amalan lain yang mencerminkan nilai pancasila.
  3. Memanfaatkan kemajuan teknologi untuk kepentingan yang membangun bangsa. Hal itu dapat dilakukan dengan cara menyebarkan pikiran positif tentang nilai kebangsaan melalui media online dengan menulis caption berbau kebangsaan, artikel, karya ilmiah, puisi dan karangan lain yang dapat dibaca oleh semua orang agar mereka juga memahami pentingya memperkuat nilai kebangsaan.
  4. Mengkontra penyebaran isu-isu hoax di media sosial  dan meredusir isu propaganda yang berpotensi menimbulkan perpecahan.
  5. Mengikuti forum yang berkaitan dan terlibat dalam organisasi yang memperkuat nilai-nilai kebangsaan. Sebagai contoh, kegiatan Kirab Pemuda Nusantara 2017 di Kupang yang menyatukan pemuda dari berbagai daerah.

Selain beberapa peran tersebut, kita sebagai pemuda seharusnya memperjuangkan Indonesia lebih hebat dari pemuda dahulu yang menggangas sebuah “Sumpah pemuda.” Pemuda harus bersatu membangun bangsa. Kalaupun dibuat perumpamaan, pemuda ialah tiang negara yang akan berdiri tegak apabila semua tiangnya kokoh, tidak goyah dan rapuh. Untuk itulah, marilah kita berjuang demi Indonesia.

Pemuda ialah tongkat estafet bangsa. Sudah selayaknya, kita sebagai pemuda harus bangkit membangun peradaban yang lebih baik. Kita harus melangkah untuk memperkokoh nilai kebangsaan di Indonesia. Melalui teknologi dan pengetahuan yang kita miliki, ayo wujudkan Indonesiaku yang gemilang.

 

 

Essay ditulis oleh Meisinta Vindi Esfri

Senin, 10 Desember 2018

Artikel Serupa

Ke Atas