BANTUL – Berawal dari obrolan sederhana di angkringan pinggir jalan, sekumpulan anak muda yang memiliki hobi yang sama yakni membaca karya sastra, kemudian berinisiatif untuk menciptakan wadah khusus bagi para sastrawan untuk tampil dan membacakan karyanya.
Salah satu Sastrawan yang turut mencetus lahirnya ide tersebut adalah Satmoko Budi Santoso, seorang Sastrawan yang tinggal di Bantul. Beliau Bersama Tedi Kusyairi pada saat itu mencoba mengumpulkan beberapa kawannya, untuk kemudian mambacakan karya sastra pilihan mereka sendiri, dalam kegiatan launching buku terbarunya berjudul “Rahim Titipan” pada Sabtu, 1 Februari 2014, di Bejen Bantul.
Sejak saat itu, kegiatan pembacaan karya sastra seperti puisi, cerpen, prosa, musikalisasi puisi, dan seterusnya itu berlanjut dari desa ke desa, kampung-kampung, sekolah, kafe-kafe, dan sebagainya. Seperti namanya, awalnya kegiatan ini hanya dilangsungkan di hari Selasa malam. Namun seiring berjalannya waktu, kegiatan ini bisa dilaksanakan dengan lebih fleksibel, sekaligus karena sudah menjadi bagian dari literasi sastra, maka pelaksanaannya tidak perlu harus di hari Selasa. Bahkan lokasinya juga diperluas tidak hanya di Bantul saja, serta waktunya juga bisa dimaksimalkan pada jam berapapun, tidak perlu harus malam hari.
Berselang 10 Tahun Kemudian…
Sepuluh tahun berselang, yakni pada Kamis, 1 Februari 2024, Selasa Sastra kini genap berusia 10 tahun.
Momen satu dekade Selasa Sastra ini menjadi salah satu kebahagiaan tersendiri, dimana ide sederhana yang tercetus pada 2014 ke belakang itu, ternyata disambut baik oleh banyak pihak, dan masih terus berlanjut sampai hari ini. Benar-benar apresiasi yang luar biasa. Hal itu membuktikan bahwa sastra memang masih terus eksis hingga saat ini, dan juga masih banyak peminatnya dari berbagai kalangan. Masa depan sastra pun juga masih cerah dan terang benderang.
Pada perayaan satu dekade-nya kali ini, Selasa Sastra pun menghadirkan sajian spesial, yakni berupa pagelaran sastra non-stop selama 10 jam (sesuai jumlah usianya) live streaming YouTube di channel Bang Tedi Way. Adapun selama 10 jam tersebut, pementasan sastra yang dipertontonkan antara lain berupa pementasan pembacaan puisi/gurit, cerpen/cerkak, penggalan naskah drama/novel, happening art/teater, musikalisasi/lagu puisi, dan lain sebagainya.
Kegiatan yang turut didukung oleh Kundha Kebudayaan Dinas Kebudayaan Bantul ini, dilaksanakan di Pendopo Parasamya II, Kompleks Perkantoran Pemkab Bantul Manding, Kamis (1/2/2024). Acara live streaming-nya sendiri dimulai pada pukul 10.00 WIB pagi, dan berakhir pada 20.00 WIB malam.
Beberapa perwakilan yang turut hadir dalam Pagelaran HUT 10 tahun Selasa Sastra antara lain Kundha Kabudayan Bantul, Kundha Kabudayan DIY, Balai Bahasa Yogyakarta (BBY), Ketua Komunitas Sastrawan Magelangan, Ketua Komunitas Sastra Alas Purwo, Ketua Sanggar Sastra Mangir, Ketua Paguyuban Teater Bantul, Direktur Unique Project, Ketua Rontjing Aksara, dan masih banyak lagi.
Sedangkan beberapa pengisi acara pada Pagelaran Live Streaming Selasa Sastra 10 jam kali ini diantaranya adalah Sanggar Wiwitan, Satmoko Budi Santoso, Marhabanmua, Bang Tedi Way, Daru Maheldaswara, Nunung Deni Puspitasari, Eko Junianto, dan masih banyak lagi.
Patut diingat bahwa perayaan satu dekade Selasa Sastra ini tidak hanya sekedar pertunjukan live streaming sastra selama 10 jam semata, melainkan lebih kepada ungkapan rasa syukur, karena telah diberi kesempatan untuk berproses selama 10 tahun terakhir, di tengah berbagai gejolak dan tantangan yang terus menghadang, untuk tetap berkarya dan melahirkan jejaring baru sastrawan generasi muda di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.
Selain itu, momen 10 tahun ini juga menjadi bentuk syukur salah satu founder Selasa Sastra, Tedi Kusyairi, yang baru saja menerima penghargaan seniman/budayawan dari Pemerintah kabupaten Bantul pada akhir 2023 lalu, serta menjadi launching pembukaan agenda “Sambang Komunitas Sastra” tahun 2024, sebagai salah satu bagian dari program tahunan Temu Karya Sastra “Daulat Sastra Jogja” berupa Workshop, lomba, pementasan, serta sambang komunitas ke seluruh DIY.
Di usianya yang genap satu dasawarsa ini, Selasa Sastra diharapkan dapat terus menjadi wadah bertemunya para sastrawan lintas generasi dari Yogyakarta dan sekitarnya, serta bisa meningkatkan value para sastrawan secara luas, baik dari segi pengemasan konten maupun taraf hidupnya. Sehingga sastra tidak hanya dikenal sebagai kegiatan ruang apresiasi seni semata, melainkan juga memiliki nilai-nilai tertentu yang berguna untuk meningkatkan kualitas hidup manusia secara keseluruhan. (tks/qin)