Anda berada di
Beranda > Opini > SPIRIT GOTONG ROYONG: OPTIMALISASI MODAL SOSIAL MEMBANGUN BANGSA

SPIRIT GOTONG ROYONG: OPTIMALISASI MODAL SOSIAL MEMBANGUN BANGSA

Gotong royong barangkali menjadi kata yang tidak asing bagi kita, karena lekat sekali dengan budaya bangsa Indonesia. Gotong royong memiliki makna mendalam tak hanya mengenai kebersamaan, tetapi juga perihal mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi atau golongan. Di sinilah, spririt gotong royong hendaknya dapat dan perlu untuk lebih di ‘bumi’ kan, terutama dalam konteks membangun bangsa Indonesia. Mengapa? Artikel ini akan mencoba mengurai betapa pentingnya gotong royong untuk kemajuan bangsa.

Gotong royong bukanlah suatu hal yang baru. Gotong royong menjadi satu hal yang sudah membudaya di Indonesia. Misalnya bersama-sama secara sukarela membersihkan gorong-gorong untuk mencegah terjadinya banjir adalah contoh sederhananya. Semangat kerjasama untuk kepentingan umum inilah yang menjadi bagian dari modal sosial yang dapat dioptimalkan. Francis Fukuyama (2002) dalam bukunya ‘The Great Disruption: Hakikat Manusia dan Rekontruksi Tatanan Sosial’ menyebut bahwa pada dasarnya modal sosial adalah norma informal yang di dalamnya ada kerjasama antara individu ataupun lebih. Pada konteks inilah kepercayaan antar satu sama lain, spirit saling membantu, dan juga kejujuran menjadi hal yang penting dalam membentuk kerjasama.

Era pandemi yang tak kunjung usai telah memberikan dampak ke berbagai sektor, salah satunya adalah sektor ekonomi. Resesi dan krisis ekonomi kini menjadi headline berbagai media online maupun media cetak. Tentu untuk mengatasinya bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata, tetapi seluruh stakeholder untuk dapat bahu membahu mengantisipasinya dan bangkit bersama. Dalam kondisi inilah, spirit gotong royong dapat dioptimalkan dalam upaya mencegah dan harapannya membawa negara Indonesia lebih maju. Pertama, pemerintah perlu mengoptimalkan dan memberikan fasilitas pengembangan kapasitas bagi tenaga kerja, baik itu melalui balai latihan kerja ataupun institusi lainnya. Hal ini tentu perlu dilanjutkan dengan penyaluran tenaga kerja. Kedua, para pelaku usaha diharapkan dapat untuk menyerap tenaga kerja secara inklusif, sekaligus melakukan pembinaan terhadap masyarakat. Ketiga, masyarakat agar lebih mencintai produk dalam negeri sebagai langkah support UMKM lokal. Dengan cara inilah seluruh pihak dapat saling bahu membahu dan bekerja sama agar Indonesia dapat bangkit dan maju menjadi negara yang berjaya.

Penulis: Desiana Rizka Fimmastuti, seorang perempuan pecinta seni budaya dan hobi menulis, tinggal di Jakarta.

Artikel Serupa

Ke Atas