Dimensi rabbani atau iman merupakan dimensi tarbiyah yang paling signifikan dan paling dalam pengaruhnya. Karena, tujuan pertama tarbiyah adalah membentuk pribadi manusia.
Dalam pandangan islam, iman bukan sekedar ucapan atau klaim kosong. Ia adalah wujud hakikat. Apabila cahayanya menembus akal, iman mmpu menumbuhkan keyakinan. Apabila menembus kehendak, iman mampu menembuskan motivasi dan gerak. Sahabat nabi pernah berkata, “iman adalah sesuatu yang menghujam di dalam jiwa dan diwujudkan dalam perbuatan.”
Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada allah dan rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa meraka pada jalan allah, mereka itulah orang-orang yang benar. (al-hujurat: 15)
Dalam pandangan islam iman bukan sekedar pengetahuan abstrak. Sejatinya iman yang hakikat adalah mengisi kehidupan dengan kebajikan dan membimbing manusia menuju kebenaran.
Hati yang hidup merupakan pilar utama tarbiyah rabbbaniyah. Ia akan menjadi ruh bagi setruktur fisik yang dapat menggerakkan, mengendalikan, dan mencegahnya dari sesuatu.
Sesungguhnya allah tidak memandang bentuk tubuhnmu dan hartamu tetapi ia memandang hatimu dan amal perbuatanmu. (hr. Muslim)
Hati adalah satu-satunya sandaran yang dijadiakn seorag hamba kepada tuhannya pada hari kiamat sebagai jalan keselamatan.
Tanpa hati yang dipenuhi keimanan dan disinari keyakinan, sejatinya manusia telah mati, sekalipun secara fisik masih dianggap hidup.
Hati manusia itu sebagaimana tubuh, membutuhkan tiga hal yaitu, perlindungan agar selamat, nutrisi untuk bertahan hidup, terapi pengobatan agar sembuh dari penyakit.
Ada beberapa penyakit hati yang disebut oleh imam ghazali dalam kitab ihya’ulumuddin dengan AL-MUHLIKAT (penyakit yang membinasakan).
Ada tiga perkara yang membinasakan: kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang dipatuhi, dan kebanggan seseorang terhadap diri sendiri. (hr. Thabrani)
Perbuatan-perbuatan itu tentu saja termasuk dosa-dosa besar. Sejatinya dibalik penyakit-penyakit fisik tersebut tersimpan penyakit jiwa yang hanya disadari oleh orang-orang yang memahaminya dan tidak dirasakan oleh orang-orang yang tidak yang tidak mengerti.
Ada sebuah kata : “ jika cintamu cinta sejati maka segalanya akan terasa mudah. Dan segala yang ada di atas bumi adalah debu belaka”.
Allah tidak menilai penampilan lahiriah seseorang, tetapi melihat isi hatinya. Allah juga tidak memberi pahala ke pada seseorang berdasarkan ukuran perbuatan lahiriahnya, melainkan atas dasar keikhlasan latar belakang yang melatar belakanginya. Allah tidak menerima perbuatan kecuali yang di lakukan secara ikhlas karena-Nya.
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada tuhannnya. (al-kahfi: 110)
Penangkal utama yang melindungi hati dari cinta dunia adalah keyakinan akan adanya kehidupan akhirat, dan senantiasa mengingat pahala yang di berikan Allah SWT. Wallahhualam
Artikel ditulis oleh Ajeng Wulandari,
Selasa, 29 Januari 2019