Anda berada di
Beranda > News > Permainan Engklek: Literasi Tamansiswa Berkonsep ALAM

Permainan Engklek: Literasi Tamansiswa Berkonsep ALAM

Yogyakarta — SPJ – Tim Abdimas (3 dosen bersama beberapa mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa) menggelar kegiatan pembelajaran literasi di luar kelas yang menghadirkan suasana joyful, mindful, dan meaningful untuk anak-anak usia 2-12 tahun dengan mengenalkan konsep ALAM (Amazing Learning Atmosphere Management) sebagai bagian dari pembentukan karakter melalui permainan tradisional Engklek yang berpadu dengan ajaran Tamansiswa, Tri-N dan Tri-Nga.

Sebuah kegiatan edukatif bertema ALAM ini ketiga kalinya digelar di Taman Kehati, Yogyakarta pada hari Minggu (25/5/2025) pukul 15.00 WIB dengan menghadirkan lima pola pembelajaran yang bertujuan membangun kreativitas berliterasi yaitu penanaman karakter, kemampuan mengelola emosi, kecintaan terhadap alam, komunikasi dalam bahasa Inggris, dan penggunaan teknologi secara bijak.

Anak-anak asyik bermain Engklek sambil belajar berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris, bahkan dalam kegiatan ini, ditemukan berbagai variasi denah permainan, seperti bentuk tangga, robot, gapura, dan rantai. Dalam permainan Engklek, anak-anak berlatih literasi dengan lima pola utama yang telah dirancang oleh tim di atas dengan ajaran Tamansiswa Tri N: Niteni, Nirokke dan Nambahi & Tri-Nga: ngerti, ngrasa dan nglakoni.

Menurut ketua kegiatan lingkungan literasi ALAM, Luky Tiasari, M.Pd, permainan ini tidak hanya membantu anak-anak mengolah emosi untuk menerapkan kebiasaan jujur, disiplin, tanggung jawab, tenang, dan sabar, tetapi juga meningkatkan literasi pemahaman mereka terhadap komunikasi bahasa Inggris khususnya menggunakan procedure texts dalam bentuk cetak dan digital dengan tiga tema utama: How to Play Engklek, How to Make a Bookmark, dan How to Plant a Seed in a Pot.

Dua tim anggota, Prof. Dr. Siti Rochmiyati, M.Pd. menambahkan bahwa kebiasaan disiplin dan tanggung jawab juga didapatkan anak-anak dari permainan Engklek. Sementara itu salah satu anggota tim lainnya, Shanta Rezkita, M.Pd. menyoroti pentingnya cinta alam melalui konsep ‘3Men’ – Menanam pohon, Memanen, dan Daur ulang sebagai langkah menjaga ekosistem lingkungan.

“Melalui kegiatan ini, anak-anak tidak hanya bermain tetapi juga belajar mengembangkan lingkungan literasi berbagai aspek kehidupan yang dapat membantu mereka menjadi pribadi yang lebih mandiri dan berkarakter,” tegas Luky Tiasari, M.Pd.

“Anak-anak senang bermain Engklek dan semangat berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris saat mengikuti kegiatan literasi ALAM ini,” imbuh salah satu mahasiswa yang terlibat.

Anak-anak merasa senang dengan kegiatan ALAM karena mereka dapat bermain Engklek dan mempraktekkan bahasa Inggris di alam terbuka, bekerja sama dengan teman, belajar tentang lingkungan literasi, dan menikmati kegiatan yang menyenangkan serta santai. Beberapa orang tua juga menyampaikan dukungan penuh terhadap kegiatan ini. (TKS)

Artikel Serupa

Ke Atas