BANTUL – SPJ – Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Bantul menyelenggarakan pembinaan sastra dengan tema ‘Geguritan’, pada selasa, 25 Juni 2024 mulai pukul 08.00 wib hingga selesai di arena Mataram Culture Festival 2024 kompleks Pasar Seni Gabusan.
Kepala Bidang Sejarah, Permuseuman, Bahasa dan Sastra, Purwanto, S.Pd., M.Si. mengatakan bahwa pembinaan ini bekerjasama juga dengan Paguyuban Sastrawan Jawa Bantul ‘Paramarta’ dengan diikuti 40 peserta usia 9-45 tahun dari masyarakat Bantul yang akan mengikuti Kompetisi Bahasa dan Sastra Tingkat Kabupaten Bantul 2024 (1-5 Juli di Kalurahan Wijirejo, dan 6 Juli di SMA Negeri 2 Bantul).
“Salah satu tujuannya agar generasi muda bisa lebih meningkat pemehaman mengenai sastra Jawa, khususnya geguritan, sebagai bentuk budaya masyarakat di Yogyakarta,” terang Purwanto.
Acara dipandu oleh MC Sofa Unafis, dan dipandu moderator Nur Rois, dengan narasumber Bambang Nugroho dan Margareth Widhy Pratiwi, dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul, Yanatun Yunadiana, S.Si., M.Si.
Dalam sambutannya Yanatun menegaskan pentingnya peran serta semua kalangan masyarakat untuk memajukan bentuk-bentuk kebudayaan yang ada di Bantul agar lebih lestari.
“Khususnya mengenai penggunaan bahasa Jawa, anak muda tidak hanya menggunakan smartphone-nya untuk sekedar hiburan dan komunikasi tetapi juga mengisinya dengan menguplod peristiwa budaya berbasis bahasa Jawa,” tegas Yanatun.
Sementara itu kedua narasumber lebih menekankan pentingnya memahami makna dan isi geguritan yang akan dibaca, kemudian berlatih agar menjadi lebih percaya diri.
“Jika makna dari geguritan yang akan dibaca itu sudah meresap dalam diri kita, nanti akan mudah mengatakannya, namun yang paling penting lagi banyak berlatih, membaca dengan keras, ucapan katanya benar atau belum harus selalu diperhatikan, banyak salah tidak apa-apa, diperbaiki, dan dilatih,” kata Margareth Widhy Pratiwi.
Sementara itu Bambang Nugroho menekankan soal teknik pembacaan geguritan, menurutnya salah satu hal yang harus diperhatikan oleh peserta adalah soal memahami tata tertib lomba umpamanya, sehingga perlu latihan mambaca sejak awal hingga akhir, dan banyak memperbaiki terus-menerus.
“Kenapa grogi itu karena jarang berlatih, tidak memperhatikan detail, dan merasa banyak kesalahan, namun tidak mencoba memperbaiki. Contohnya hari ini diminta maju, sebaiknya langsung tunjuk jari dan maju, mupung masih workshop pelatihan, jika ada yang salah bisa diperbaiki, jika sudah memasuki lomba ya sudah tinggal dinilai dan dilihat hasilnya,” kata Bambang Nugroho Ketua PSJB Paramarta. (TKS)
Workshop Membaca Geguritan https://youtu.be/ssz4vGpwI88