BANTUL – SPJ – Air keruh dan tercemar menyebabkan terganggunya ekosistem sungai, terutama sungai yang digunakan untuk mengaliri sawah.
“Kita adalah manusia sebagai khalifah di bumi ini, harus menjaga dan merawat bumi dengan baik. Dengan akal dan pikiran, kita harus senantiasa berupaya menyelamtkan bumi dari kerusakan,” ucap Dwi Wahyuningsih Indah Fajarwati, S.H.,I.L.L.M Dosen Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Setelah pengamatan dilakukan, di Dusun Pranti, Srihardono, Pundong, Bantul, DIY terdapat sungai dengan air yang keruh dan sampah mengendap didalamnya. Hal ini tidak baik untuk pertumbuhan tanaman disawah sawah jalur pengairan dari aliran sungai tersebut. Dengan keberadaan sungai ini di pedesaan khususnya Dusun Pranti yang memiliki kelompok Dasawisma yang beranggotakan ibu ibu rumah tangga, maka tidaklah susah untuk melakukan penyelamatan serta penjerihan air sungai dengan bahan bahan alami, tentunya ramah lingkungan dengan sisa sisa aktivitas memasak. Salah satunya dengan menuangkan cairan Eco Enzym keadalam air sungai yang keruh dan tercemar.
Dengan mengamati kondisi yang demikian, kami mahasiswa Program Studi Administasi Publik Semester 4, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta melakukan sosialiasi di Dusun Pranti pada Jumat (6/7/2023) terkait kegunaan dan cara pembuatan Eco Enzym untuk upaya penyelamatan air sungai yang keruh dan tercemar, selain itu Eco Enzym dapat digunakan sebagai pupuk organik bagi tanaman.Maka,upaya penyelamatam air sungai dengan Eco Enzym ini selain untuk menjernihkan air sungai, dapat menyuburkan tanaman sawah yang dialiri air sungai tersebut.
“Eco Enzym itu bisa dibuat dengan bahan sisa buah buahan dan sayur sayuran yang belum diolah, berguna untuk menetralisir air keruh dan tercemar, pupuk organik, pengusir hama dan juga pembersih serbaguna,” jelas Alif Puspita Dewi, pada saat pemaparan materi.
Eco Enzym terbuat dari cairan berbahan alami yang terbuat dari larutan fermentasi selama 3 bulan dengan bahan air gula merah, sisa buah dan sayuran yang belum diolah, serta air dengan takaran 1:10:3 yang artinya setiap 10 bagian air, maka 1:10 nya adalah larutan gula dan 3:10 nya adalah potongan sayur ataupun buah.
“Tidak hanya itu, kami juga mengajak ibu ibu untuk menuangkan secara langsung cairan Eco Enzym kedalam sungai. Terlepas dari kegunaan untuk upaya penyelamatan air sungai, Eco Enzym dapat dijual yang harganya kisaran 15.000 per 500ml hingga mencapai harga yang lebih dari itu berdasarkan pengamatan harga pasar melalui aplikasi online shop yaitu Shopee dan Lazada,” terang Alif.
Hasil dari kegiatan ini, diharapkan pengurus dusun Dusun Pranti dapat melakukan pemberdayaan kepada warganya, khususnya ibu ibu Dasawisma untuk mengolah sisa sisa buah dan sayuran sebagai Eco Enzym. Kegiatan ini terlaksana atas dukungan dari dosen Mata Kuliah Islam dan Iptel yaitu Ibu Dwi Wahyuningsih Indah Fajarwati, S.H.,I.L.L.M serta teman teman kelompok 1 yang terdiri dari Alif Puspita Dewi, Lutfi Nur Latipah, Nawang Wulan, dan Nurul Aini yang telah mensukseskan kegiatan ini.
Ditulis oleh: Septia Rahayu, Mahasiswi Administrasi Publik UNISA Yogyakarta.