Anda berada di
Beranda > News > Tingkatkan Kompetensi Guru Dalam Bersastra, MGMP Bahasa Indonesia Bantul Hadirkan Redaktur Sastra

Tingkatkan Kompetensi Guru Dalam Bersastra, MGMP Bahasa Indonesia Bantul Hadirkan Redaktur Sastra

BANTUL – SPJ – MGMP Bahasa Indonesia Kabupaten Bantul, Selasa (11/10/2022), menyelenggarakan pertemuan rutin setiap selasa untuk membahas kegiatan-kegiatan MGMP. Berkenaan pada Oktober merupakan bulan bahasa, pada kesempatan tersebut pertemuan sekaligus mengundang redaktur sastra untuk memaparkan pengalaman dan proses kreatif penulisan serta keredaksian khususnya membahas kepenulisan cerita pendek (cerpen), bertempat di Ruang Rapat kompleks SMA Negeri 2 Bantul.

Menurut Diah Agustin AP, Ketua MGMP Bahasa Indonesia Kabupaten Bantul, mengatakan bahwa kegiatan ini bersifat rutin, dan pada kesempatan ini, untuk meningkatkan kompetensi Guru dalam bersastra, maka mengundang narasumber Tedi Kusyairi yang menulis karya sastra dan menjadi redaktur majalah budaya ‘Mentaok’ terbitan Dinas Kebudayaan Bantul.

“Biar Guru tidak sekedar mengajarkan sastra, tetapi juga menulis karya sastra. Guru yang memberikan pelajaran sastra kepada murid, akan lebih kompetitif bila juga menulis karya sastra, jika guru juga menulis karya sastra, bisa menjadi contoh teladan bagi siswanya, nah pada pertemuan kali ini, fokusnya ke proses kreatif penulisan cerpen,” ungkap Diah.

Sementara itu narasumber kegiatan, Tedi Kusyairi dalam paparannya menyampaikan proses kreatif kepenulisannya, sejak awal terjun ke dunia kepenulisan, hingga suntuk dalam penulisan sastra, dan kemudian menjadi redaktur majalah kebudayaan ‘Mentaok’.

“Problematika semua orang dalam menulis biasanya relatif sama, yang utama kebingungan mencari ide tulisan, dan kemudian bingung menentukan awal kalimat dalam tulisan, nah ini perlunya sharing mengenai mental blocking sebagai seorang penulis, harus punya tujuan dalam menulis, kemudian banyak membaca, riset dan menyiapkan konsep, imajinasi menjadi bagian penting dalam menulis fiksi,” papar Tedi.

Menurut Tedi, menulis fiksi lebih bebas dalam hal ekspresi tulisan. Ide bisa digali dari hal-hal sepele di sekitar si penulis. Hanya saja kebiasaan umumnya adalah kurang menelitinya, detail informasi harus dikumpulkan, menulis fiksi juga perlu penelitian, banyak membaca referensi baik berupa karya sastra maupun dari hal ilmiah. Prinsipnya sebagai penulis makin banyak membaca akan makin mendapatkan ide-ide cemerlang sebagai inspirasi tulisan. Langkah selanjutnya menentukan tujuan menulis untuk apa, menyusun konsep dari ide cerita, semua ada dalam pemikiran si penulis, kemudian merajut draft imajinatif cerita dalam rangkaian set up awal cerita, puncak cerita, dan penutupan cerita. Semakin banyak menulis akan semakin mudah menulis untuk cerita selanjutnya.

“Yakin, sebenarnya kita punya banyak ide cerita, namun kadang malas mengonsepnya dalam rangkaian cerita, malas merangkai imajinasi cerita, padahal itu ada di depan mata. Yang paling parah, sudah punya imajinasi rangkaian cerita atas ide tulisan, tapi tidak segera menulisnya, ya akhirnya lupa dan tidak jadi menulis. Mental blocking alasan menulis karena mood, karena tidak ada deadline, sering kejar tulisan ngebut, itu masalah-masalah umum yang dihadapi, tapi itu hanya alasan saja, jika punya konsep cerita, ambil pena, atau segera ketik di gadget, nanti akan jalan sendiri, kata pertama yang ditulis ya ide ceritanya itu sendiri. Ibaratnya tangan menari menuliskan cerita dari pikiran kita. Bisa dimulai dari catatan diary ataupun mencatat berbagai kegiatan sehari-hari yang kita hadapi,” jelas Tedi.

Tedi menjelaskan bahwa ada perbedaan prinsip bagi dirinya dalam hal sebagai penulis sastra dengan posisinya sebagai redaktur, dimana sebagai penulis dirinya merasa lebih bebas dalam mengekspresikan ide cerita dalam tulisan. Sebagai redaktur, fungsinya tidak hanya sebatas editorial bahasa dan tulisan, tapi juga meramu konsep-konsep sesuai kebutuhan media, dalam hal ini, banyak tulisan yang masuk ke redaksi tidak dimuat di media karena jauh dari bahan tulisan yang diperlukan oleh media tersebut. Namun demikian, saat ini muncul banyak media yang memberi ruang bagi para penulis.

Diah Agustin menjelaskan bahwa kegiatan ini menjadi hal penting agar para guru anggota MGMP Bahasa Indonesia di Bantul bisa di charge semangatnya agar lebih berkompeten sebagai guru yang mengajarkan sastra di sekolah, tidak hanya mengajar tapi juga menulis.

“Anggota MGMP ada 80-an orang, hari ini yang datang ada 65 orang lebih, harapannya setelah ini, semua jadi semangat dalam menulis sastra, mengirimnya ke media, bisa menjadi bahan ajar juga di kelas,” pungkas Diah. (red).

Link video workshop menulis cerpen; Bang Tedi Way Sharing Proses Kreatif Menulis Cerpen Bareng MGMP Bahasa Indonesia Kabupaten Bantul https://youtu.be/Vx9AC4AjTNE .

Artikel Serupa

Ke Atas