BANTUL – Bertempat di Pendopo Komunitas Sanggar Seni (KSS) Bantul, yang berada di kawasan Sewon, Bantul, Selasa Sastra merayakan ulang tahunnya yang ke-11, tepat pada hari Sabtu (1/2/2025).
Pementasan sastra yang telah berlangsung sejak 2014 ini, telah menjadi wadah bagi banyak sastrawan, penyair, serta seniman, termasuk juga masyarakat umum, untuk berani tampil dan berkarya di depan banyak orang (dan secara digital), sekaligus menjadi wadah apresiasi seni untuk mereka yang ingin mendapatkan ruang untuk belajar bersastra.
Dalam perayaan hari jadinya yang ke-11 ini, Selasa Sastra turut menampilkan beberapa performance, seperti dari Sanggar Sastra Mangir, Komatera, Komunitas Saban (Sastra Bantul), SD Sokowaten, dan juga beberapa pembacaan puisi tunggal dari Nunung Deni Puspitasari, Rizal Eka, dan masih banyak lagi.
Selain itu, ada juga bedah buku berjudul “Arunika Dalam Gulita” yang merupakan antologi puisi hasil karya keempat penyandang disabilitas, yakni Yuda Wira Jaya, Akbar AP, Ikhwan Hanafi, dan Cak Khoirul. Buku ini turut dikurasi oleh Sastrawan Satmoko Budi Santoso, dengan moderator Joana Zettira.
Selain performance sastra dan bedah buku, ada pula sejumlah doorprize menarik berupa voucher potongan diskon untuk foto Wedding serta Wisuda, dan juga beberapa booth menarik seperti Photobooth dan juga coffee dari Gie Art Space.
Tedi Kusyairi selaku salah satu founder dari Selasa Sastra menuturkan, bahwa sejatinya Selasa Sastra adalah wadah yang lebih menyasar orang awam, untuk mau belajar dan mulai bersastra.
“Jadi sebenarnya konsep kita (melahirkan Selasa Sastra sejak 2014, red) itu adalah gerakan literasi, jadi bukan hanya sebagai apresiasi seni untuk sastrawan atau seniman yang sudah jadi, tapi lebih kepada orang-orang awam, atau orang biasa, yang tidak tahu sastra, tapi mau belajar, mau latihan pentas, nah disinilah tempatnya,” tutur Tedi dalam sambutannya, Sabtu (1/2/2025).
Tentunya dengan usianya yang kini sudah memasuki lebih dari satu dekade, Selasa Sastra dapat melahirkan banyak generasi sastrawan/seniman/budayawan baru, serta menjadi wadah terciptanya gagasan maupun ide-ide brilian, yang dapat membawa perubahan bagi bangsa Indonesia di masa mendatang. Karena nothing is impossible (tidak ada yang tidak mungkin), tapi I’m possible (saya/kami pasti bisa menghadapi semua tantangan).(qin)