D. I. Yogyakarta – SPJ – Yogyakarta memiliki lumbung budaya yang tak ternilai. Bahasa, sastra, dan aksara merupakan sendi-sendi yang akan tetap hidup mengiringi zaman. Citra Yogyakarta memang terbangun dari berbagai sendi kreasi yang perlu terus dijaga dan dikembangkan. Kegiatan kesastraan merupakan salah satu upaya kreatif dalam menjaga dan menghidupi citra Yogyakarta.
“Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai lembaga pengayom kehidupan bersastra selalu mengupayakan pengayaan kreasi bagi citra Yogyakarta sebagai kota kultural-edukatif yang sudah diakui dunia. Aktivasi kreasi sastrawan Yogyakarta melalui sanggar dan komunitas sastra menjadi langkah strategis untuk mengejawantahkan pengayaan kreasi bagi citra keyogyakartaan,” papar Setya Amrih Prasaja, Kasie Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan DIY.
Tahun 2024 Temu Karya Sastra memasuki tahun ke-4, hal yang dikonkretkan untuk menuju gemilang tema utama Daulat Sastra Jogja yang kali ini berfokus pada penguatan kreasi dan inovasi sanggar-sanggar dan komunitas sastra yang ada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pengarah kegiatan Y. Adhi Satiyoko, Wiyana, dan Tedi Kusyairi menjelaskan bahwa pada waktu sebelumnya, para alumnus peserta Temu Karya Sastra yang berasal dari komunitas diharapkan kembali ke komunitas atau sanggar masing-masing untuk meningkatkan daya kreatifitas bersastra, bagi individu ada yang bergabung dengan komunitas yang telah ada, bahkan ada yang membuat sanggar atau komunitas sastra baru, ini merupakan potensi kantong sastra alternatif dari anak muda Yogyakarta berdampingan seacara kompetitif dengan sanggar atau komunitas yang sudah ada terlebih dahulu.
“Sebagai Kota Budaya, yang di dalamnya ada unsur sastranya, tentu sejak dulu masa-masa Rendra, Persada Study Club, sastra dan teater kampus atau sekolah, hingga kini sejak masa PKKH UGM sampai sastra Maliboro, banyak menyebar komunitas sastra di pelosok Yogyakarta. Lahir banyak komunitas sastra tidak hanya yang berbahasa Indonesia namun juga sastra Jawa, Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta, Paramarta, Pasbuja Kawi Merapi dan lain-lain,” ungkap Wiyana yang pernah menjadi Ketua MGMP Bahasa Indonesia DIY.
Sebelumnya sudah banyak komunitas atau sanggar berbasis sastra di Yogyakarta yang bernaung dalam intitusi kampus, pemerintahan, dan swasta. Perkebangannya naik turun tergantung pola pembinaan internal masing-masing kelompok, namun problema utamanya yakni soal regenerasi.
“Meskipun proses kreatif penulisan sastra itu bersifat individual, namun iklim sastra di Yogyakarta dibangun atas jejaring komunitas atau sanggar sastra. Ini yang kemudian menjadi perhatian dari agenda kali ini, bahwa membangun sinergi antar komunitas atau sanggar menjadi hal yang perlu dijaga,” kata Adhi Satiyoko dari BRIN, (selasa, 4/6/2024) di Ruang Bima Kundha Kabudayan DIY.
Hingga Temu Karya sastra tahun ke-3 setidaknya sudah lahir komunitas baru seperti Komunitas Teater Remaja Bantul (Komatera), Komunitas Sastra Pleret, Komunitas Ujwala, Sastra Pesantren Al Imdad, Komunitas Regas Kulon Progo, Sanggar Sastra Wiwitan (Sawit), Komunitas Sastra PlayOn Gunung Kidul, dan Komunitas Sastra Samudra Sleman.
Pada tahun 2023 mengangkat topik mengenai Filosofi Sumbu Imajiner Yogyakarta yang menjadi cirikhas Daerah istimewa Yogyakarta, pada tahun 2024 ini dengan semangat regenerasi kreatifitas bersastra melalui komunitas atau sanggar sastra di Yogyakarta, mengangkat topik Budaya Jogja Mendunia.
Kegiatan Temu Karya Sastra ‘Daulat Sastra Jogja’ – Budaya Jogja Mendunia – “Membangun Imaji Antar Generasi Sastra Berbasis Komunitas” melalui rangkaian kegiatan yakni; sambang komunitas, pembinaan cipta dan penulisan Puisi-Cerpen-Naskah Lakon dalam bentuk workshop (kemah menulis) pada 8-11 Juli 2024 di Westlake Resort, lomba karya sastra Puisi-Cerpen-Naskah Lakon pada bulan Agustus-September, dan gelar pementasan karya sastra akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2024, dan penerbitan buku. Peserta kegiatan merupakan wakil-wakil dari sanggar dan komunitas sastra yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Hasil yang ingin diperoleh adalah penguatan kemampuan kreasi dan inovasi individu-individu penulis sastra yang berbasis sanggar dan komunitas di DIY. Capaian yang konkret adalah karya tulis bergenre cerita pendek (cerpen), puisi, dan naskah lakon yang bertema tentang keyogyakartaan. Di sisi lain, para penulis akan mengembangkan keilmuan tentang kepenulisan di sanggar dan komunitas mereka masing-masing. Secara lebih luas, sanggar dan komunitas sastra di DIY akan berkembang menjadi sendi-sendi penggerak citra keyogyakartaan melalui jalur kesastraan.
“Wacana kedepan yang sedang dikomunikasikan antar komunitas yakni, para peserta nantinya turut andil dalam memajukan industri kreatif berbasis sastra,” kata Tedi koordinator gerakan literasi #SelasaSastra.
Terkait dengan topik kegiatan, diharapkan nantinya para peserta selain mengambangakan sastra di komunitas atau sanggar masing-masing, juga produktif dalam penulisan karya sastra, mempublikasikannya dalam bentuk tulisan baik cetak maupun online, juga mengemas karya sastra dalam media lain seperti video, pertunjukkan, film, buku, musik dan bentuk konten berbasis sastra lainnya, sehingga karya sastra karya anak muda Yogyakarta dengan tema mengenai budaya Yogyakarta bisa dinikmati dan didistribusikan lebih luas lagi tidak hanya sekala nasional, namun melalui jalur dan jejaring internasional yang mulai dibangun oleh pelaku sastra di Yogyakarta. Tahun 2023 para alumnus Temu Karya Sastra, selain melahirkan komunitas baru, juga membuat pementasan sastra di lingkungan masing-masing, serta menuju industri kreatif melalui penerbitan ebook.
“Target workshop setidaknya akan ada dua paket karya sastra peserta, satu untuk dibukukan, satunya untuk dilombakan,” kata Tedi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh calon peserta yang ingin mendaftar sebagai peserta Temu Karya Sastra Tahun 2024 Kundha Kabudayan DIY adalah sebagai berikut; anak muda usia 17-20 tahun yang beridentitas DIY (berdomisili DIY), merupakan anggota/utusan sanggar/komunitas sastra di Yogyakarta (melampirkan surat pengantar dari komunitas), aktif dalam aktivitas sastra (penulisan/pementasan/kegiatan) di sanggar/komunitas masing-masing, diutamakan yang memiliki karya sastra yang pernah dipublikasikan pada media masa/penerbitan dan memiliki prestasi dalam dunia sastra sebagai pembanding saat penyeleksian peserta, mengisi formulir yang disiapkan oleh panitia pada link tertaut, tidak lupa calon peserta sudah menyiapkan konsep karya yang akan ditulis.
Informasi dan pendaftaran silahkan hubungi Ayun +62 895-4020-40201 link pendaftaran https://bit.ly/DAFTAR-TKS-2024. (RYN)