Kurator Inkubator Cerpen Marwanto (kanan depan laptop) dan Satmoko Budi Santoso dalam acara apresiasi sastra yang digelar di kantor sekretariat Dewan Kebudayaan Kulon Progo Taman Budaya Kulon Progo, Sabtu, 12 Agustus 2023.
Kulonprogo – SPJ – Komunitas Sastra-Ku menggelar acara Inkubator Cerpen yang merupakan forum apresiasi karya penulis Kulon Progo. Acara Inkubator Cerpen ini merupakan tindak lanjut workshop penulisan cerpen bertema kearifan lokal Kulon Progo yang digelar beberapa bulan lalu di Bukit Cubung Lendah Kulon Progo. Dalam forum Inkubator Cerpen ini pula kurator workshop penulisan cerpen Marwanto dan Satmoko Budi Santoso menyatakan semua cerpen peserta workshop lolos kuratorial sehingga akan segera dibukukan.
Menurut Marwanto, Ketua Komunitas Sastra-Ku, memang ada kelebihan dan kekurangan beberapa cerpenis dalam mengolah estetika. Namun hal itu wajar saja mengingat para penulis berasal dari latar belakang yang beragam.
“Ada penulis yang sudah sarjana dan bahkan juga masih SMA,” tutur Marwanto, saat dijumpai di sela acara, di sekretariat Dewan Kebudayaan Kulon Progo Taman Budaya Kulon Progo, Sabtu, 12 Agustus 2023.
Menurut Marwanto pula, dalam waktu dekat penulis akan dihubungi untuk menyempurnakan karyanya.
Sementara itu, menurut Satmoko Budi Santoso, Kulon Progo kini memang sedang menggeliat imbas adanya bandara YIA.
Suasana forum apresiasi Inkubator Cerpen.
“Komunitas sastra di Kulon Progo juga harus terus mengasah diri mengulik karya dengan basis warna lokal yang kental. Saatnya tampil ke panggung sastra dunia,” ujar Satmoko Budi Santoso.
Di sisi lain Tri Apriyadi, ketua panitia menambahkan, diharapkan para peserta segera saja merevisi karyanya.
“Ada kemungkinan buku akan diterbitkan bertepatan dengan momen hari jadi Kulon Progo Oktober mendatang. Atau kita cari momen lain juga bisa,” papar Tri Apriyadi.
Sejauh ini ada puluhan penulis yang karyanya lolos kurasi, di antaranya: Bukit Jlangkring karya Yuni Setya Ningrum, Air Mata Daun Kelor karya Irfanda Aziz Muzaki, Bank Sampah Guyup karya Puji Lestari, Enam Jam di YIA karya Muh Rio Nisafa, Jejak Langkah di Pegunungan Menoreh karya Alika Faihan, Kabut Sahara karya Okti Setiyani, Kursi Impian karya Ambar Setyawati, Mayka karya Siwi Widiani, Membawa Rindu di Bulan Syaban karya Isnada Ishmah Ashifah, Menemu Subali karya Zaun Nawa, Ngalor Ngulon karya Inung Setyami, Omongan Tetangga karya Puspa Ayu K, Pada Suatu Hari di Waduk Sermo karya Yustina Eka, Perisai Pecah Mata Air karya Fajar R. Ayuningtyas, Pohon di Tengah Telaga karya Imam Wahyudi, dan Renteng Takdir karya Naura Argia Gunawan. (sat-tks)