Anda berada di
Beranda > News > Depresi, Penyebab Utama Bunuh Diri di Gunungkidul

Depresi, Penyebab Utama Bunuh Diri di Gunungkidul

GUNUNG KIDUL – Warga Girimulyo Kecamatan Panggang mendadak heboh ketika Waspodo (52) ditemukan mengakhiri hidup dengan cara gantung diri di pohon jati wilayah hutan setempat, Minggu(10/09/2017). Tidak ada yang berani memastikan sengketa pembelian kayu menjadi penyebabnya. Namun problem tersebut memang dialami oleh Waspodo sebelum memutuskan mengakhiri hidupnya.

Peristiwa demi peristiwa gantung diri yang terjadi di Gunungkidul tentunya menjadi perhatian serius bagi masyarakat Gunungkidul. Salah satunya adalah LSM Inti Mata Jiwa (Imaji), sebuah organisasi yang bergerak dalam kesehatan jiwa dan upaya pencegahan bunuh diri. Data dari Imaji, sepanjang Januari-Agustus 2017 sekitar 25 orang bunuh diri, sementara 2016 mencapai 30 orang dan 2015 ada 31 kasus bunuh diri, dan hampir seluruh korban mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.

Sigit Wage Dhaksinarga, relawan Imaji tidak menampik bahwa peristiwa gantung diri yang beredar di masyarakat di Gunungkidul disebabkan oleh mitos pulung gantung, namun dirinya menunjukkan fakta yang berbeda bahwa penyebab utama gantung diri adalah depresi.

“Data IMAJI selama 2015 sampai Agustus 2017, sebagian besar jumlah korban bunuh diri diidentifikasi karena menderita penyakit menahun, masalah ekonomi, masalah keluarga dan memiliki masalah kejiwaan,” jelasnya ketika di temui di kediamannya, Sabtu (11/11/2017).

Hal itu diperkuat oleh Sugeng Riyanto, salah satu pemuda yang pernah mencoba melakukan bunuh diri. Masalah ekonomi dan sakitlah yang menyebabkan dirinya mencoba melakukan percobaan bunuh diri dan tidak ada hubungannya dengan pulung gantung yang beredar di masyarakat Gunungkidul saat ini.

“Sama sekali saya tidak pernah melihat yang namanya pulung gantung. Jadi yang mendorong saya melakukan percobaan bunuh diri itu bukanlah pulung gantung. Seharusnya masyarakat percaya karena saya sendiri yang mengalami percobaan bunuh diri itu,” tegas Sugeng Riyanto.

Sugeng Riyanto saat itu berada dalam posisi putus asa yang sangat besar. Dirinya harus berhenti bekerja menjadi penjaga sebuah toko buku tulis karena alasan kesehatan. Saat itu tak ada pekerjaan yang bisa dia lakukan sementara kebutuhan ekonomi begitu besar. Apalagi saat itu ibunya juga sudah tidak bekerja lagi.

“Saat itu saya berada dalam titik nol dan tanpa pikir panjang saya ambil tali. Tapi percobaan bunuh diri itu gagal karena kayu yang saya gunakan untuk menggantungkan tali patah. Saya sangat bersyukur sekali karena masih diberikan kesempatan kedua. Tentunya saya tidak akan melakukan hal bodoh itu lagi. Sedikit demi sedikit saya mencoba untuk bangkit dan lebih berfikir dewasa,” kisahnya.

Saat ini Sugeng Riyanto telah bekerja sebagai staf kasi kesejahteraan di Desa Bejiharjo Kecamatan Karangmojo. Dukungan dari keluarga dan masyarakat yang membuatnya bisa kembali beraktifitas.

Sigit Wage Dhaksinarga menawarkan solusi pencegahan bunuh diri yaitu dengan melakukan pendampingan kepada orang orang yang beresiko melakukan bunuh diri seperti orang yang sakit menahun, lansia yang hidup sendiri dan juga orang dengan masalah ekonomi. Pemerintah juga harus hadir dan ikut serta menangani masalah tersebut.

Penulis: Nurul Ayu Arsita

#lombareportasespj2017

Catatan: penambahan lokasi kabupaten, penambahan koma/spasi.

Artikel Serupa

Ke Atas