SLEMAN – Kota Yogyakarta terpilih sebagai lokasi perdana penayangan film “Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak” karya Sutradara Mouly Surya. Bertempat di CGV Blitz Hartono Mall Yogyakarta, Selasa (7/11/2017) siang, film ini resmi tayang perdana sebelum rilis resminya di seluruh Indonesia pada 16 November 2017. Film ini diputar sebelum acara konferensi pers JAFF (Jogja-NETPAC Asian Film Festival) 2017 di tempat yang sama.
Mengambil latar belakang di Sumba, Nusa Tenggara Timur, film ini sebelumnya telah beberapa kali diputar dalam acara festival di sejumlah negara, seperti Festival Film Cannes pada Mei 2017, New Zealand International Film Festival dan Melbourne Film Festival pada Agustus 2017, Toronto International International Film Festival dan Festival International du Film de Femmes de Sale (FIFFS) Marokok pada September 2017, Sitges Film Festival, Busan International Film Festival, dan QCinema International Film Festival bulan Oktober lalu.
Uniknya, meski telah malang-melintang di sejumlah negara, film yang mengadopsi gaya western (Barat) ini justru belum sama sekali ditayangkan di negeri sendiri.
“Maka dari itu, pemutaran di Yogyakarta ini menjadi pengalaman pertama ‘Marlina’ diputar di Indonesia, setelah berkeliling di beberapa festival film internasional. Kami sangat berharap, ‘Marlina’ mendapat tempat di hati seluruh penonton film Indonesia,” kata sang Produser, Fauzan Zidni di hadapan awak media pasca-pemutaran film.
Film thriller ini mengkisahkan tentang tujuh perampok yang mendatangi seorang Janda bernama Marlina (Marsha Timothy). Marlina diancam sejadi-jadinya oleh para perampok, baik nyawa, harta, beserta kehormatan dirinya dan keluarganya. Lalu dalam sebuah perjalanan mencari keadilan dan penebusan, Marlina keluar membawa penggalan kepala bos perampok yakni Markus (Egi Fedly). Dalam perjalanan ia bertemu Novi (Dea Panendra) yang tak kunjung menjumpai bayinya meskipun telah mengandung selama 10 bulan. Adapun salah satu kawanan perampok adalah Franz (Yoga Pratama), yang menginginkan Marlina untuk mengembalikan kepala Markus. Markus yang tak berkepala juga beberapa kali menguntit perjalanan Marlina.
Sementara menurut sang Sutradara, Mouly Surya, film ini diharap mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat, terlebih dengan lokasi pengambilan gambar beserta dialek yang digunakan sepenuhnya menggunakan Bahasa daerah setempat (Sumba).
“Saya sendiri punya harapan agar film ini bisa lebih accessible (mudah diakses), karena memang yang digambarkan disini adalah kehidupan masyarakat pinggiran yang selama ini jarang terekspos,” sahut Mouly bersemangat.
Melalui penayangan perdana pada momen Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2017 kali ini, sekaligus menandai keikutsertaan film ‘Marlina’ pada ajang telah memasuki usia 12 tahun ini, yang akan dihelat pada 1-8 Desember 2017. (Qin)