Anda berada di
Beranda > News > Kekayaan Budaya Dalam Proses Ekaristi Di Lingkup Militer

Kekayaan Budaya Dalam Proses Ekaristi Di Lingkup Militer

SLEMAN – Hari Minggu tanggal 30 November 2025 menjadi enkulturasi kedua di Gereja Paroki Santo Mikael Pangkalan-Adisutjipto, dalam rangka Misa Mingguan Berbahasa Jawa dengan Iringan Gamelan dan Tarian.

Sebagai satu-satunya Gereja Katolik yang berada di Lingkup Militer Yogyakarta, tepatnya di Kompleks TNI AU Adisutjipto, pihak Gereja Paroki Santo Mikael tetap berupaya untuk selalu nguri-nguri kabudayan Jawa. Salah satunya dengan mengadakan perayaan ekaristi diiringi gamelan berbahasa Jawa yang dibawakan oleh orang dewasa, yang sudah eksis sejak 2022 silam.

Namun, memasuki tahun 2025 ini, perayaan Ekaristi bahasa Jawa kini tidak hanya diiringi oleh gamelan dewasa (Ngesthi Pada), tapi juga turut diiringi oleh gamelan anak, dilengkapi dengan tarian pengiring yang juga berasal dari anak-anak.

Hal ini menggambarkan implementasi kebudayaan (Jawa) dalam bidang keagamaan, termasuk dalam lingkup militer sekalipun.

Keindahan budaya dalam Ekaristi ini dipercantik dengan adanya para penari cilik yang dengan semangat mempersembahkan diri dalam wujud tarian sederhana yang memukau. Hal ini dapat menumbuhkan cinta budaya (tari dan kostum budaya) yang diusung dalam Ekaristi. Sehingga tarian tidak hanya dinikmati sebagai tontonan di luar liturgi (ibadah), tetapi dapat dikolaborasikan dalam perayaan Ekaristi dengan penyesuaian alur, agar tidak mengganggu proses liturgi Ekaristi.

Hal yang unik dalam enkulturasi Ekaristi kali ini adalah hadirnya dua lagu (Persembahan ‘Atur Pisungsung’ dan Bapa Kami) yang diberi sentuhan budaya Sunda yang dipersembahkan oleh niyaga dewasa (Ngesthi Pada). Selain itu, lagu Penutup ‘Gusti Jeksa Kawula’ juga diberi sentuhan budaya Bali yang dipersembahkan oleh niyaga anak.

Keanekaragaman yang disatukan dalam rangkaian Ekaristi ini semakin menambah kekayaan dan kecintaan terhadap budaya Indonesia.

Harapannya perayaan Ekaristi enkulturasi ini dapat membantu semua umat dalam meningkatkan kekhusyukan berdoa, jauh lebih dalam merasakan kehadiran Tuhan, dan terus mencintai budaya Jawa. (qin)

Artikel Serupa

Ke Atas