Anda berada di
Beranda > Opini > Masih Sangat Jauh

Masih Sangat Jauh

Saat masih anak-anak, Aku pernah belajar tentang Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah. Dari pelajaran itu, Aku dapat mengetahui tentang banyak hal yang terjadi dimasa lalu, tentang sejarah-sejarah yang mengiringi keberadaan Agama Islam yang ada sampai sekarang. Salah satu pembahasan yang menarik bagiku dari pelajaran itu adalah tentang “Hijrah”. Betapa kagumnya Aku pada sosok Nabi Muhammad Saw. yang terus berjuang tanpa kenal lelah dalam mempertahankan dan menegakkan risalah Allah, berupa Akidah dan Syari’at Islam. Saat beliau ditolak di Kota Mekkah, beliau dan para Sahabat melakukan suatu kegiatan yang dinamakan Hijrah, yaitu berpindah tempat dari Mekkah ke Madinah. dan orang-orang di Madinah menyambut dengan baik, sehingga Islam dapat berkembang dan tersebar. Sungguh Hijrah itu merupakan strategi Dakwah yang sangat Brilian. Dulu saat Aku masih anak-anak, hanya itulah yang Aku ketahui tentang makna Hijrah.

Menginjak remaja, setelah Aku dipertemukan dengan pengalaman, dipertemukan dengan pelajaran-pelajaran yang baru, dipertemukan dengan orang-orang baik, para sahabat dan para guru, dapat dikatakan pengetahuanku sedikit bertambah, wawasanku sedikit lebih luas. Aku mulai faham, bahwa Hijrah yang merupakan salah satu strategi dakwah Nabi Muhammad Saw. mempunyai makna yang luas. Bahkan dalam kehidupan di zaman ini orang-orang dapat mengamalkannya. Secara simpel, Hijrah dapat dikatakan sebagai suatu perbuatan perubahan menuju ke arah yang lebih baik. Aku jadi berpikir, sudahkah Aku melakukannya ?

Perubahan menuju ke arah yang lebih baik, sebagai seorang Muslimah Aku tidak tahu apa yang sudah ku lakukan untuk menjadi lebih baik. Beberapa kali Aku pernah mendengar berita tentang selebriti yang  berhijrah. Contohnya yang tadinya tidak menutup aurat, sekarang jadi menggunakan hijab untuk menutup Auratnya. Penampilannya jadi lebih sopan, tutur katanya jadi lebih santun. Atau yang tadinya tidak pernah mengikuti pengajian, sekarang jadi sering ikut pengajian. Tentu saja itu merupakan hal-hal yang positif. Dan mengenai diriku sendiri, syukur Alhamdulillah dari sejak anak-anak aku diajarkan untuk menutup aurat, dengan memakai hijab dan berbusana yang sopan. Dan sampai sekarang, Aku sudah terbiasa dengan itu. Aku juga bersyukur karena Aku pernah masuk pesantren. Lantas, bagaimana caraku berhijrah ?.

Tapi setelah dipikir-pikir, Aku kan orang baik. Aku sudah menutup Aurat, Sholat lima waktu selalu ku tunaikan, Aku juga berbakti kepada orang tua. Aku mulai percaya diri bahwa Aku sudah berhijrah, Aku yakin tengah berada dijalan yang benar. Hingga suatu hari Aku mengikuti pengajian, entah kenapa materi dalam pengajian itu sangat mengena di benakku. Aku merasa tersindir dengan Penjelasan-penjelasan tentang perilaku orang yang sering berbuat dosa  yang disampaikan sang Ustadzah. Dan hal itu membuatku merenung. Dalam renunganku itu, Aku berpikir banyak tentang diriku, tentang dosa yang sering ku perbuat dan tidak pernah ku sadari.

Selama ini Aku yakin sudah melakukan Ibadah dengan benar, padahal Ibadahku sangat jauh dari kata sempurna. Kadang Aku menjalankan Sholat wajib tidak tepat waktu. Aku sering mengutamakan pekerjaan yang ku anggap lebih penting yang akhirnya membuatku sedikit mengulur-ulur waktu sholat wajibku. Apakah Allah akan menerima Sholatku yang seperti itu adanya ? Sangat tidak tahu malu jika Aku yakin bahwa Ibadahku diterima. Juga Ibadah yang lain, melaksanakan Puasa Senin-Kamis dengan tujuan untuk diet, melakukan Sholat Tahajjud hanya saat ada sesuatu yang diinginkan. Aku jadi ragu dengan kualitas Ibadahku, ternyata selama ini  Aku beribadah bukan Ikhlas karena Allah, Aku hanya mementingkan diriku sendiri. Aku belum berhijrah secara I’tiqadiyah, Aku belum berhijrah atas keyakinanku kepada Allah.

Dan lagi, Aku masih suka percaya dengan gosip. Aku masih suka menonton acara di televisi tentang isu-isu, dan Aku kadang percaya dengan keburukan yang disampaikan mereka tentang seseorang, Astaghfirulloh.. Daripada membaca Al-qur’an atau bersholawat, Aku lebih sering mengisi waktu luangku dengan hal-hal yang tidak terlalu penting. Seperti menonton televisi, mendengarkan musik, dan memainkan ponsel berjam-jam. Sungguh gaya hidup yang buruk. Pemikiranku sangat kacau, pemikiranku belum berhijrah. Aku belum berhijrah secara Fikriyah.

Dan juga, Aku mengidolakan artis-artis Korea. Aku menyimpan banyak foto-foto mereka di ponselku, Aku sering menyanyikan lagu mereka untuk sekedar menghibur diriku sendiri. Bukannya Aku menangis karena ingat akan dosa-dosaku yang teramat banyak, Aku lebih sering menangis saat menonton drama korea. Dan Aku pun menyukai seorang atlit bulutangkis yang tampan dan jago. Aku sering menonton di televisi saat dia bermain, Aku sering melihat Auratnya. Ya Allah, Aku masih menyukai hal-hal yang tidak Islami, Aku belum berhijrah atas apa yang ku sukai, Aku belum berhijrah secara Syu’uriyah.

Aku bahkan sering iri dengan orang yang lebih cantik dariku, membuatku berkata dalam hati bahwa orang itu sedang mencari perhatian. Juga terkadang Aku sombong dengan keahlian yang Aku punya, dan menganggap remeh orang yang berada dibawahku. Selama ini Aku tidak menyadari ternyata Akhlaq-ku sangat tidak terpuji. Ya, Akhlaqku juga belum behijrah, Aku masih belum berhijrah secara Sulukiyyah.

Setelah Aku sadari, ternyata masih banyak kekurangan dalam diriku, dan masih banyak dosa yang sering ku perbuat. Setelah Aku merenung, jiwaku termotivasi. Ruhku bersemangat untuk menjalani hidup lebih baik lagi dari hari ke hari. Aku tahu Aku masih sangat jauh dari perbuatan Hijrah, dan Aku ingin melangkahkan Kaki secara perlahan. Menapaki jejak-jejak hijrahku yang mudah-mudahan Istiqomah. Meskipun akan sulit, Aku ingin berhijrah secara sempurna. Bismillahirrohmaanirrohiim…

 

Opini ditulis oleh Gina Tazkiyatun Nufus, mahasiswi kampus STEI SEBI

Kamis, 31 Januari 2019

Artikel Serupa

Ke Atas