YOGYAKARTA – Menjelang berakhirnya perhelatan tahunan Jogja-NETPAC
Asian Film Festival (JAFF), ada komedian Ernest Prakasa yang berbagi ilmu menulis skenario
secara gratis di program JAFF Education. Ernest yang juga dikenal melalui film-filmnya
“Ngenest,” “Cek Toko Sebelah” dan “Susah Sinyal” sudah terbukti handal dalam menulis
skenario film yang laris di pasaran. Ernest mengajar 20 peserta yang sudah dipilih oleh
pengurus JAFF.
Selain Ernest, sinematografer Gunnar Nimpuno dan gaffer Buadi melanjutkan kelas mereka
soal Digital Lighting di program JAFF Education lainnya. Sementara itu, program Jogja Future
Project juga memasuki hari terakhirnya. Kegiatan JAFF di Jogja National Museum ditutup
dengan penayanagn film lama “Tokyo Story” dari program Layar Klasik dan juga Open Air
Cinema film pendek “It’s Wijilan” dan film panjang “Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan
Cinta.”
Program Respect Japan meluncurkan omnibus “Asian Three-Fold Mirror 2018” yang
bertemakan Journey di Empire XXI. Program omnibus ini berisi tiga film pendek karya
sutradara Asia. Omnibus ini menyorot tentang bagaimana para karakter mengutarakan
kegelisahan hidup mereka ketika tengah berada di sebuah perjalanan.
Ada film “The Sea” dari Degena Yun yang bercerita soal perjalanan seorang ibu dan anak
menuju laut untuk menyebar abu hasil kremasi dari suami dan ayah tercinta. “Hekishu”
karya Daishi Matsunaga bercerita soal lelaki Jepang yang bermukim sementara di Yangon
dan bertemu gadis yang menarik perhatiannya.
Di akhir cerita, ada film pendek “Variable No 3” yang disutradarai oleh Edwin dan dibintangi
oleh Oka Antara, Agni Pratistha dan Nicholas Saputra. Film yang memiliki adegan
kontroversial ini mendapat sambutan meriah dari audiens yang didominasi penonton
Indonesia dan sudah familiar dengan tokoh-tokoh di film ini. Menarik juga bahwa Nicholas
sempat tampil sekilas di dua film pendek sebelumnya.
Sutradara Garin Nugroho selaku founder dari JAFF hadir sebagai pembicara di kuliah umum
“Focus on Garin Nugroho” bersama Paolo Bertolin dan Rina Damayanti. Diskusi berbicara
soal karir Garin sebagai sineas selama 33 tahun terakhir. Menurut Paolo, Garin selalu
berhasil menyajikan cerita yang kontekstual dan relevan dengan masanya.
Ada banyak film yang diputar kembali di hari Senin (3/12) ini. Beberapa di antaranya adalah
“Grit,” film dokumenter yang bercerita tentang perjuangan korban lumpur Lapindo untuk
mendapatkan keadilan, “Love is a Bird” karya sutradara Richard Oh, “Daysleepers” karya sutradara Paul Agusta dan juga “The Song of Grassroots”
karya Yuda Kurniawan.
Program Light of Asia juga turut memutar kembali rangkaian film “Maja’s Boat,” “The
Imminent Immanent,” “Rest in Peace,” “Grandma’s Home,” “House No. 15 (Don’t Forget
toWear a Smile), “Kampung Tapir,” “The Moon is Bright Tonight” dan “Facing Death with
Wirecutter.”
Program Asian Perspective’s Short juga memutar kembali film “Laut Bercerita” yang
dibintangi oleh Reza Rahadian dan diadaptasi dari cerita karya jurnalis senior Leila Chudori.
Selain “I Come and Stand at Every Door” dan “Permanent Resident,” program ini juga
memiliki nomor unggulan lain, yakni “Ballad of Blood and Two White Buckets” karya Yosep
Anggi Noen. (qin)