YOGYAKARTA – Memperingati 100 tahun berdirinya bangunan (gedung) The Phoenix Hotel Yogyakarta, pihak hotel mengadakan serangkaian kegiatan diantaranya workshop dan pameran. Sebelumnya, hotel The Phoenix memang sangat dikenal dengan pameran fashion. Namun pada tahun ini, mereka berupaya menghadirkan sesuatu yang sedikit berbeda, mulai dari pameran sulam tangan, pameran sulam ala Jepang, pameran batik lawasan, pembuatan coklat, dan lain sebagainya. Semua pameran mempunyai pesan untuk kembali mengapresiasikan hal-hal yang sebenarnya sudah ada pada masa lalu, dan dalam hal ini pihak hotel sengaja menghadirkannya kembali agar dapat lebih dikenal oleh masyarakat modern seperti saat ini.
Pada 23 Februari lalu, The Phoenix Hotel Yogyakarta bersama dengan Tirana Art Management dan Seven Needles mengadakan Workshop dan Pameran menyulam. Hasil sulaman tangan luar biasa mempunyai nilai seni dan apresiasi yang sangat tinggi, dimana saat ini banyak orang yang tidak lagi mengenal ataupun melakukannya. Dengan program ini, pihak hotel berupaya mengenalkan kembali seni menyulam. Ibu Bernie Liem, mantan pemilik hotel The Phoenix, rupanya memiliki ketertarikan tersendiri terhadap dunia sulam-menyulam. Menurutnya, seni menyulam juga dapat berfungsi sebagai “ healing“ (penyembuh). “Karena dengan menyulam, bisa membantu menenangkan otak dan pikiran kita dari kesibukan sehari hari,” ungkapnya.
Tema Workshop dan pameran kali ini adalah “IN BETWEEN”. Tema ini juga bisa dimaknai bahwa pekerjaan menyulam bisa dikategorikan sebagai hobi, passion, dan profesionalisme. Antara wanita pekerja yang juga mampu mengerjakan pekerjaan kristik dan sulam, disela-sela pekerjaan utamanya. Namun demikian, semua karya yang lahir adalah kecintaan pada dunia sulam & kristik.
Hiasan sulam-menyulam memiliki proses perjalanan yang cukup panjang sejak dahulu kala. Kini, seni hiasan sulam dapat ditemukan di mana-mana dan setiap daerah pun memiliki ciri khas tersendiri. Pada dasarnya, hampir tiap-tiap negara di dunia ini memiliki sejarah dan cerita unik mengenai seni hiasan sulam. Dan ketika dikeluarkan pertama kali, barang tersebut merupakan sesuatu yang bernilai mewah, dan hanya bisa dimiliki oleh orang-orang tertentu saja. Hal ini terjadi di Byzantium pada tahun 330 sesudah Masehi sampai abad ke-15. Pada zaman tersebut hiasan dipadukan dengan ornamen dari emas. Menyulam adalah sebuah seni yang memadukan dekorasi sulaman pada kain. Alat bantunya berupa jarum dan benang. (qin)