YOGYAKARTA – Asosiasi Business Development Services Indonesia (ABDSI) Koordinator Daerah Kota Yogyakarta mengadakan kegiatan Soft Launching dengan Konsep “Gandeng Gendong” dan Talkshow dengan bertema “Yang Muda Yang Berjaya, UMKM Jogja Mendunia”. Kegiatan ini digelar dalam rangka pelantikan dan pengukuhan pengurus Asosiasi ABDSI Koordinator Kota Yogyakarta.
Ketua ABDSI Kota Yogyakarta Fatma Arief Fianti mengatakan, kegiatan ini adalah untuk mengenalkan gagasan Wakil Walikota tentang konsep “Gandeng Gendong” untuk memajukan UMKM Kota Yogyakarta dan kesejahteraan masyarakat kepada ABDSI. Kegiatan ini juga sekaligus mempertemukan semua komponen pentahelix agar siap mendukung konsep “Gandeng Gendong”.
Fatma Arief Fianti berharap, kegiatan yang diikuti oleh 100 orang peserta yang terdiri dari unsur pemerintah, pengusaha, dan komunitas UMKM itu dapat menghasilkan pemahaman dan kepedulian (concern) terhadap pentingnya peningkatan kesejahteraan masyarakat bagi stakeholder yang akan melaksanakan pemberdayaan masyarakat berbasis konsep “Gandeng Gendong” yang melibatkan seluruh elemen masyarakat dan komponen pentahelix.
Fianti menambahkan, pengurus Asosiasi ABDSI Koordinator Kota Yogyakarta yang dilantik akan bertugas sebagai pendamping pelaku UMKM. Mereka akan melakukan pendampingan terhadap UMKM di 14 kecamatan. Tahap pendampingan sendiri akan dimulai pada bulan Februari 2018 nanti.
Sementara itu, Wakil Walikota Yogyakarta Drs. Heroe Poerwadi, MA, menyambut baik dan memberikan apresiasi atas lahirnya ABDSI Korda Kota Yogyakarta. Dirinya berharap asosiasi ini dapat menjadi mitra kerja dalam mendorong dan mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Yogyakarta.
“Jadi ini (kehadiran ABDSI) moga-moga dapat menjadi mitra kerja kita dalam mendorong, mengembangkan sehingga seluruh UMKM yang ada di kota Yogyakarta bisa terus tumbuh dan berkembang,” harap Heroe.
Heroe mengajak semua elemen masyarakat untuk berpikir dan menyadari bahwa Kota Yogyakarta tidak memiliki sumber daya alam tetapi hanya sumber daya manusia. Karena hanya memiliki SDM saja, maka Heroe mengajak masyarakat membangun pola pikir (mindset) yang kondusif agar bisa membawa kemajuan bagi diri sendiri maupun kemajuan kota Yogyakarta pada umumnya.
Dikatakan Heroe, kota Yogyakarta telah mengukuhkan rencana pembangunan selama lima tahun (2017-2022 ) dan anggaran tahun 2018 ini merupakan anggaran tahun pertama pelaksanaan pembangunan Kota Yogyakarta. Dalam RPJMD Kota Yogyakarta termaktub empat visi utama yakni mewujudkan kota Yogyakarta yang Nyaman, Menuju kota Yogyakarta yang berdaya saing kuat, Memberdayakan masyarakat dengan dasar nilai-nilai keistimewaan.
“Jadi ada empat hal, kota nyaman, berdaya saing kuat, memberdayakan masyarakat (dan) berdasar pada nilai-nilai keistimewaan,” ujar Wakil Walikota.
Empat hal ini kemudian dipertajam lagi hingga akhirnya muncul sebuah konsep yang dinamakan “Gandeng Gendong”. “Gandeng Gendong” ini menurut Heroe berasal dari program yang menjadikan Jogja nyaman di-launching dengan tajuk Reresik Jogja. Program ini kemudian dimplementasikan menjadi “Reresik Malioboro” pada setiap hari Selasa Wage, berlanjut menjadi “Reresik Kampung” yang diselenggarakan di setiap RT/RW pada setiap Minggu Legi, juga “Reresik Pasar” yang dilaksanakan di setiap Kamis Pon. Dan “Reresik sampah visual” yang sampai saat ini masih dicarikan waktu yang baku.
Menurut Heroe, pemerintah hanya memberikan fasilitas untuk mendorong partisipasi masyarakat. “Kita hanya mendorong dengan memberikan fasilitas. Semua yang menjalankan adalah masyarakat itu sendiri. Maka disinilah kita menggunakan konsep ‘Gandeng Gendong’,” tambah Haroe.
Wakil Walikota menjelaskan konsep Gadeng Gendong pada dasarnya adalah upaya semua elemen dalam rangka memaksimalkan potensi yang ada agar dapat duduk bersama. “Intinya adalah bagaimana kita semua duduk bersama menyelesaikan masalah kita. Intinya Cuma itu,” imbuhnya. Ditambahkan bahwa “Gandeng Gendong” pada dasarnya berasal dari spirit Segoro Amarto yakni semangat gotong royong agawe majuning Yogyakarta. Semangat gotong royong inilah yang diambil untuk mengisi spirit “Gandeng Gendong” guna memajukan kota Yogyakarta.
Heroe menjelaskan kata Gandeng bermakna bahwa semua elemen ingin saling bergandengan tangan dan memiliki niat bersama untuk saling membantu agar semua dapat maju bersama sama.
Sementara makna kata Gendong, menurut Heroe adalah bahwa kita semua ingin membantu mereka yang kurang mampu berjalan. “Yang lemah kita gendong. Yang kecil kita angkat. Yang terpinggirkan kita tarik agar bisa berjalan ke tengah lagi,” papar Heroe. Jadi, Gandeng Gendong adalah semangat kebersamaan seluruh warga untuk bekerjasama, bahu membahu, saling menggandeng dan menggendong agar maju bersama sama. (@mix/qin)