Anda berada di
Beranda > Opini > Tulisan Cakar Ayam Setengah Matang

Tulisan Cakar Ayam Setengah Matang

Mencoba menemukan inspirasi untuk menulis di Telaga Warna Dieng, Januari 2016 (Foto: Dok. pribadi)

Writing is my passion. Tulisan cakar ayam setengah matang itu bertebaran disana-sini seperti bias cahaya tak beraturan yang pincang. Ketika semua hal seakan merasuki pikiran, tentang dunia yang perlu dikejar, perempuan yang ingin diperjuangkan, sahabat yang meminta didahulukan, dan hutang yang harus dicicil. Suara Pemuda Jogja (SPJ) menjelma tanah lapang nan teduh yang memberi ruang, alasan, dan kekuatan untuk berlari sesuka hati. Sebuah spasi sunyi untuk mendengar gemuruh diri sendiri dan menulis.

Di ulang tahunnya yang ke enam, SPJ sudah seperti identitas, rumah untuk pulang, mawar merah di musim penghujan, siluet matahari terbit, atau apapun itu, yang menjadi gambaran indah para penyair. Bahkan Jika seorang Tan Malaka menyatakan “Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki pemuda”. Maka kemewahan seperti yang Tan Malaka katakan, telah mutlak kami miliki di sini.

***

Jean-Paul Sartre, si penulis dan filsuf besar Prancis itu berkata dalam bukunya yang berjudul The Age of Reason “Jika aku tak mencoba mengambil tanggung jawab atas eksistensiku, absurd rasanya untuk terus ada”. Sartre percaya Eksistensi manusia mendahului esensinya.

Saya tak ingin mengisahkan tentang Tan Malaka atau Sartre dalam tulisan ini. Hanya saja, eksistensi yang disampaikan oleh Sartre, menjelaskan apa yang saya amini selama 4 tahun menjadi bagian SPJ. Meski kadang terasa seperti musyafir iseng tanpa tujuan, yang terpenjara kantor dan bermimpi mengejar sesuatu yang abadi, SPJ adalah bukti eksistensi saya sebagai penulis. Lebih dari hegemoni masa muda, atau cita-cita yang menjangkit sebuah generasi, yang lalu surut ditelan wabah baru. Tapi eksistensi.

***

Sartre dan Tan Malaka mungkin belum pernah menulis buku bersama atau saling bercakap. Tapi dari keduanya saya mengerti, tulisan cakar ayam setengah matang itu mendapatkan kemewahan dan eksistensi sekaligus.

 

Opini ditulis oleh Eko Junianto,

Selasa, 12 Desember 2017

Artikel Serupa

Ke Atas