
YOGYAKARTA – SPJ – Sebanyak 40 calon peserta lokakarya Temu Karya Sastra (TKS) ‘Daulat Sastra Jogja’ mengikuti temu teknik di Ruang Bima Dinas Kebudayaan DIY, Selasa (17/6/2025). TKS tahun 2025 mengusung tema ‘Meta Sastra: Panen Karya & Ekranisasi’, terdiri dari beberapa tahapan yakni; lokakarya menginap di Hotel Grand Rohan pada 23-26 Juni 2025, dilanjutkan dengan pasca lokakarya membuat karya alih media, dilanjutkan latihan pementasan, dan puncaknya dari tanggal 8-18 September 2025 akan diselenggarakan pentas karya sastra, pameran alih media, dan launching buku.
Sebelumnya, peserta dijaring dari alumnus TKS sejak tahun 2021-2024, calon peserta wajib mendaftarakan diri dan memenuhi semua persyaratan yang diminta panitia, setelah di seleksi ada 40 peserta yang berhak mengikuti rangkaian kegiatan sejak lokakarya, selebihnya dan yang tidak lolos diberi kesempatan untuk ikut aktif dalam rangkaian TKS usai lokakarya.
“Peserta tahun ini kan dari para alumni, jadi sudah selesai dengan pembelajaran bagaimana menulis sastra yang baik dan benar, dari tahun-tahun sebelumnya sudah dapat banyak ilmu penulisan sastra, sudah banyak berkarya, sekarang saatnya membuktikan bahwa peserta ini bisa disebut sebagai sastrawan, maka harus menerbitkan buku,” terang Budi Husada, Kepala Bidang Pemeliharaan dan pengembangan Sejarah, Bahasa, Sastra, dan Permuseuman Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY.
Selanjutnya, Setya Amrih Prasaja, Kasie Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan DIY menerangkan bahwa untuk tema tahun ini ada meta sastra, kemudian akan diwujudkan dalam panen karya, dari para peserta TKS 2025.
“Beda dengan tahun sebelumnya yang mempertebal pengetahuan menulis karya sastra, tahun ini, fokusnya pada penerbitan buku, dan alih media karya sastra, bisa ke lagu puisi, audiobook, seni lukis, dan film. Jadi nanti di Hari Literasi Internasional, akan dipentaskan, dipamerkan, dan di launching karya para peserta,” tegas Amrih.
Sementara itu Tedi Kusyairi, salah satu narasumber TKS 2025 menegaskan bahwa selama lokakarya nantinya para peserta akan dikondisikan pada proses FGD dan praktik alih media.
“Nantinya akan lebih banyak FGD, dengan harapan para peserta mampu mengungkapkan hal didalam atau diluar karya sastra yang ditulisnya, kemudian untuk masuk ke era Gen Z saat ini, maka alih media sastra ke bentuk lain harus dilakukan oleh peserta untuk mengetengahkan karya sastranya ke ruang publik. Nantinya para peserta tahun ini ketika kembali ke komunitas masing-masing akan menjadi trainer, penggerak, dan motifator di wilayah masing-masing,” jelas Tedi Kusyairi.
Lokakarya akan melibatkan narasumber Y Adhi Satiyoko (SSJY), Sari L Hartiningrum (Radio Edukasi), Tedi Kusyairi (Forum Desa Sinema), ST Kartono (Kelas Essai), Meuzt Prast (Pelukis), dan Ardy Boik (Genk Kobra). Saat ini sedang dalam persiapan penerbitan buku sastra antologi peserta karya tunggal mereka, yang masing-masing diedit oleh para sastrawan, penulis, dan editor seperti; Y Adhi Satiyoko, Mutia Sukma, Latief Noor Rochmans, Satmoko Budi Santoso, Tedi Kusyairi, Indrian Toni, Eko Triono, Herry Mardianto, Sari Listyaningsih Hartiningrum, dan Lawung Panji Sadewa. Nantinya karya mereka akan dikurasi lebih lanjut dan diterbitkan dengan kolaborasi penerbit yang terhimpun dalam IKAPI Yogyakarta. (RYN)