Anda berada di
Beranda > News > Alihwahanakan Karya Sastra, Disbud Bantul Ajak Pemuda Membuat Dramatisasi Sastra

Alihwahanakan Karya Sastra, Disbud Bantul Ajak Pemuda Membuat Dramatisasi Sastra

BANTUL – SPJ – Setidaknya 40 pelajar dan mahasiswa mengikuti Pembinaan Sastra, Workshop Dramatisasi Karya Sastra ‘Klinik Naskah Lakon’ pada Kamis (7/3/2024) bertempat di pendapa Pancasila dusun Tegaldowo Bantul. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian pembinaan bahasa dan sastra yang diselenggarakan oleh Kundha Kabudaya Kabupaten Bantul.

“Dinas Kebudayaan sengaja menyasar peserta dari kalangan anak muda yang sangat lekat dengan gadget, sehingga diharapkan anak muda mulai menyukai sastra, membaca karya sastra, menulis, dan kemudian membuat konten kreatif berbasis karya sastra,” ungkap Risman Supandi MPd, Kepala Bidang Sejarah Permuseuman Bahasa dan Sastra dalam sambutannya.

Hal tersebut ditegaskan juga oleh Plt Kepala Dinas Dinas Kebudayaan Bantul Slamet Pamuji SPd MPd, yang mengutarakan perihal dunia tulis-menulis sastra yang saat ini berkembang pesat.

“AWal mulanya menulis dengan pensil di kertas, kemudian menggunakan mesin ketik, lalu komputer, saat ini kita terbiasa menggunakan smartphone, ini merupakan potensi dan tantangan untuk mengembangkan karya sastra,” kata Slamet Pamuji.

Klinik Naskah Lakon menghadirkan narasumber Nunung Deni Puspitasari (penerjemah sastra asing/artis fim) dan Tedi Kusyairi (penulis/sineas) dipandu MC Rizal Eka Arrohman dan moderator Regina Adelia Prabadanti.

Pada kesempatan tersebut Nunung Deni Puspitasari memberikan materi mengenai penulisan naskah lakon, seperti tema, penokohan, alur dan tata tulis sederhana.

“Jadi yang harus dicata disini adalah, bagaimana teman-teman bisa membuat naskah lakon, yang nantinya bisa dipentaskan kepada publik penonton,” kata Nunung.

Sementara Tedi Kusyairi lebih menekankan mengenai urgensi dramatisasi karya sastra di era saaat ini. Dalam paparannya Tedi mengatakan bahwa saat banyak konten kreatif yang berasal dari karya sastra, film layar lebar banyak yang terinspirasi dari buku sastra.

“Sastra itu ada dua, sastra lisan dan sastra tulis. Jika karya sastra akan disajikan saat ini ada dua kemungkinan utama, dipentaskan di atas panggung atau melalui film. Keduanya memiliki potensi audiens yang berbeda sehingga bisa menambah jumlah apresian karya sastra,” terang Tedi.

Kedua narasumber mengatakan bahwa fenomena mementaskan karya sastra dewasa ini semakin banyak wahananya, ini menjadi peluang bagi anak muda untuk mendekatkan diri kepada sastra.

Usai memberikan pengantar, para peserta dibagi dalam lima kelompok untuk memilih karya sastra yang akan dibuat sebagai naskah lakon yang akan dipentaskan sebagai drama berbasis sastra. Masing-masing kelompok kemudian menuliskan naskah lakon berbasis karya sastra tertentu, kemudian latihan sebentar, dan akhirnya presentasi berupa pementasan dramatisasi sastra dan presentasi ide gagasan kenapa mementaskan hal tersebut.

Di akhir sesi Nunung Deni Puspitasari dan Tedi Kusyairi mereview hasil workshop para peserta, memeberikan apresiasi dan catatan perbaikan, namun intinya lebih ke soal penulisan naskah lakon yang mereka buat sebaiknya di tulis dengan lebih detail dan rapi, sehingga lebih mudah dipahami jika akan dipentaskan atau dibuat filmnya oleh orang lain, bisa memahami makna karya sastra yang dipentaskan. (RYN)

Workshop Dramatisasi Sastra ‘Klinik Naskah Lakon’ https://youtube.com/live/218oPkyGtds

Artikel Serupa

Ke Atas