YOGYAKATA – SPJ – Rebon Teater yang diselenggarakan oleh Taman Budaya Yogyakarta, rabu (3/5/2023) di concert hall TBY memberikan tiga segmen pertunjukan yakni kethoprak, teater dan dagelan bergaya Yogyakarta.
Salah satu pengisi acaranya yakni dari Teater Braille yang mementasakah naskah garapan karya Wildan Havilin Rozan mengangkat judul ‘Surat Dari Desa’, disutradari Yuda Wira Jaya. Pementasan ini dilakukan oleh teman-teman yang menyandang difabel netra. Salah satu pendamping mereka saat latihan adalah Nanik Indarti.
Menurut Nanik, ia merasa senang sekali bisa mendampingi teman-teman netra berlatih teater. Ini jadi pengalaman baru sekaligus tantangan baginya sebagai seniman teater.
“Tentu saja metode yang dipakai untuk menstransfer pengetahuan teater akan berbeda. Tidak sama dengan orang-orang yang non netra,” kata Nanik.
Selama berlatih dengan mereka, banyak penemuan metode baru khususnya bagaimana menciptakan teater untuk difabel netra. Misalnya gerak langkah menuju objek. Mereka menggunakan metode menghitung langkah kaki untuk sampai ke objek. Selain itu mereka menandai lawan mainnya selain suara adalah dari bau, nafas, dan langkah kaki atau suara gerak gerik.
“Pementasan Surat Dari Desa, secara waktu prosesnya sangat minim persiapan karena mereka hanya bisa latihan di hari Sabtu dan Minggu. Dan kemarin ini ada libur lebaran. Jadi sangat terbatas waktunya. Belum lagi pada kecapekan dan sakit. Namun ini tidak mematahkan semangat teman-teman, yang menakjubkan mereka itu ingat dialognya yang sdh di transele ke audio untuk hafalan,” jelas Nanik.
Ketika berproses bareng mereka, sebenarnya Nanik dilibatkan sebagai stage manager tapi di lapangan dia yang membimbing mereka. Karena sebenarnya sang sutradara juga menjadi aktor plus penyandang difabel netra sehingga tetap butuh bantuan orang lain untuk mengarahkan permainan secara estetika pemanggungan.
“Secara umum pementasan menjadi sesuatu yang berbeda dalam pemaparannya, karena dilakukan oleh teman-teman difabel netra,” jelas Nanik.
Sementara itu menurut Purwiati, Kepala Taman Budaya Yogyakarta, tujuan kegiatan ini untuk memberikan motivasi, spirit berkarya dari seniman-seniman muda perwakilan kabupaten dan kota se-DIY untuk menampilkan kreativitas tanpa meninggalkan unsur kearifan lokal.
“Saling belajar untuk bisa mengukur kekurangan dan kelebihan dari masing-masing perwakilan kabupaten dan kota sehingga akan menjadi iklim yang penuh kekeluargaan antar seniman,” tegas Purwiati.
Pihaknya mengharapkan bahwa sinergi pemerintah, masyarakat dan pelaku seni akan berjalan beriringan sesuai dengan kondisi jaman dan kemajuan teknologi, demiakian tutur Purwiati. (TKS)