BANTUL – SPJ – Sanggar Anak Alam menggelar pesta wiwitan tahun 2022 dengan mengangkat tema “Anggulawenthah Pangane Dhewe”. ‘Ketika pohon terakhir ditebang, ketika sungai terakhir dikosongkan, ketika ikan terakhir ditangkap, barulah manusia akan menyadari bahwa dia tidak dapat memakan uang’. Adagium Eric Weiner dalam The Geography of Bliss: One Grump’s Search for the Happiest Places in the World, menjadi pemantik penting hajatan Pesta Wiwitan 2022 yang akan diselenggarakan Sanggar Anak Alam, 1-12 November 2022, di Kampung Nitiprayan, Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Pesta Wiwitan 2022 merupakan wujud syukur dan kebahagiaan petani yang dikemas dalam acara makan bersama dengan sesama dan lingkungan. Ritual ini membersamai doa-doa baik. Harapannya, di waktu berikutnya, petani kembali mendapatkan kelimpahan panen,” kata Grasea, ketua panitia dalam rilisnya yang diterima SPJ (24/10/2022).
Penanggungjawab kegiatan Budi Widanarko menambahkan, bahwa tema tahun ini adalah “Anggulawenthah Pangane Dhewe”.
“Pangan lokal memiliki jenis dan jumlah yang beragam. Sayang sekali jika hanya mengenal beras, pisang, singkong dan jenis olahan goreng dan kukus saja. Jauh hari sebelum terpapar teknologi deep fry dan segala olahan yang berasal dari barat, nenek moyang kita memiliki beragam jenis olahan pangan lokal yang sehat,” terang Widanarko yang akrab dipanggil Dacok.
Kegiatan ‘Pesta Wiwitan 2022’ bukan hanya sekadar melaksanakan tradisi dan budaya leluhur, tetapi juga hendak mengembalikan makna sebenarnya dari pesta panen tersebut. Bagaimana kedekatan manusia dengan Tuhan dan alam akan membawa berkah bagi manusia, terlebih petani dan cara hidupnya.
“Serangkaian kegiatan telah disiapkan panitia berkolaborasi dengan petani dan warga sekitar Nitiprayan. Pesta ini merupakan proses yang partisipatif dan merupakan milik bersama. Selain hajatan utama ritual pesta wiwitan, juga diselenggarakan peluncuran buku, workshop pengolahan pangan lokal dan sehat, pasar sehat, serangkaian workshop, dan pertunjukan seni,” kata Dacok.
Sanggar Anak Alam, sebagai sekolah yang menjadikan pangan dan lingkungan sebagai salah satu pilar pendidikan merasa memiliki tanggungjawab sosial untuk ikut menyangga dan mengenalkan kebudayaan pangan kepada masyarakat luas. Pesta Wiwitan 2022 adalah manifestasi penting dari gagasan ini. Sri Wahyaningsih, sang pendiri sudah puluhan tahun lalu berkomitmen mengawalnya.
“Dalam konteks pendidikan, ‘Pesta Wiwitan 2022’ ini bisa menjadi sebuah bentuk pembelajaran bersama tentang bagaimana anak-anak dan seluruh komunitas belajar menjalin hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam, juga dengan sesama manusia lainnya,” pungkas Sri Wahyaningsih. (red).