BANTUL – Rombongan Wajib Kunjung Museum Adaptasi Kebiasaan Baru yang dihelat oleh Dinas Kebudayaan DIY, rabu (23/9/2020), cukup unik karena diikuti oleh anak muda yang selama ini berkecimpung di dunia sastara di Bantul khususnya yang sering hadir dan mengisi kegiatan #selasasastra.
Menurut Tedi Kusyairi, koordinator kegiatan #selasasastra, agenda ini merupakan kerjasama dengan tawaran program WKB Adaptasi Kebiasaan Baru oleh Dinas Kebudayaan DIY.
“Ketika mendapat tawaran kegiatan ini, saya langsung tertarik, karena saya menyakini ada banyak inpirasi tema yang bisa diangkat ke dunia sastra usai mengunjungi museum, ketika saya tawarkan kepada teman-teman ternyata pada antusias ingin ikut. Lebih dari 50 orang yang ingin ikut, namun karena dibatasi kuota dan waktu, jadi yang bisa ikut hanya 36 orang,” kata Tedi.
Selama mengikuti kegiatan, para peserta wajib mematuhi protokol kesehatan, seperti menjaga kebersihan dengan cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, memakai hand sanitzer, bermasker dan tetap menjaga jarak serta mempersingkat durasi kegiatan.
Kunjungan dilaksanakan ke Museum Sonobudoyo dan Museum Gunung Merapi, dari pukul 07.00-15.00 wib. Banyak kesan yang didapat para peserta khususnya ketika mengunjungi Museum Sonobudoyo. Diantaranya, ternyata banyak peserta yang sudah mendengar Museum Sonobudoyo tetapi malah belum pernah masuk ke dalamnya.
“Banyak koleksi unik dan belum pernah lihat di museum Sonobudoyo, seperti batu penguburan, dan alat gendang pemanggil hujan,” kata Imam salah seorang peserta.
Peserta lain mengungkapkan bahwa ternyata banyak koleksi benda bersejarah yang disimpan di museum Sonobudoyo, memberikan banyak ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
“Menyimak penjelasan dari guide museum, akhirnya dapat banyak pengetahuan baru mengenai benda-benda yang berhubungan dengan masyarakat Jawa,” kata Imam lebih lanjut.
Lebih lanjut, imim mengatakan kegiatan di Museum Gunung Merapi, bagi para peserta makin menambah pengetahuan mengenai alam Gunung Merapi yang ada di Yogyakarta, sehingga kita sebagai manusia di dalamnya bisa lebih menjaga dan bersahabat dengan alam Gunung Merapi.
Tedi Kusyairi menjelaskan, dengan mengajak kawan-kawan #selasasastra ke museum, harapannya nanti akan ada karya-karya sastra yang bertemakan mengenai museum, sejarah, peradaban manusia dan soal kehidupan.
“Kegiatan WKM ini perlu terus dilaksanakan, mengingat kemungkinan besar banyak warga masyarakat yang belum pernah berkunjung ke museum. Padahal banyak ilmu pengetahuan dan inspirasi yang ada disana. Salah satu cara untuk belajar dari sejarah kehidupan sebelumnya guna merancang kehidupan masa depan, saya kira bisa didapat dengan meneliti dari museum ke museum,” pungkas Tedi. (Noel)