YOGYAKARTA – Festival Sastra Yogyakarta Jogliffest 2019 merupakan sebutan dari perhelatan kebudayaan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan kerjasama dari pemangku kepentingan sastra di Yogyakarta, Dinas Kebudayaan DIY, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI, sastrawan/penggerak sastra, akademisi, perguruan tinggi, komunitas, penerbit, lembaga pemerintah dalam bidang literasi, dan lembaga swasta. Soft Launching kegiatan ini telah dilaksanakan bersamaan dengan sarasehan dan konferensi pers pada hari Senin, 2 September 2019, pukul 13.00 WIB, bertempat di Ruang Bima, Dinas Kebudayaan DIY, Jalan Cendana no. 11, Yogyakarta.
Festival ini bertujuan untuk mendekatkan dunia sastra dengan publik, sekaligus menjalin keterhubungan antarmasyarakat sastra di dalam dan luar Yogyakarta. Selain itu, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk mengembangkan nilai-nilai luhur bangsa dengan mengangkat khazanah sastra daerah sebagai tiang sastra nasional. Bertemunya orang-orang yang berkecimpung di dunia sastra memberikan ruang untuk saling bertukar nilai-nilai luhur dari masing-masing keragaman budaya yang mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pemilihan Yogyakarta sebagai tempat dilaksanakannya kegiatan ini dengan berbagai alasan. Yogyakarta adalah kota pendidikan dan kebudayaan yang aktif melahirkan seniman dan sastrawan dari waktu ke waktu. Yogyakarta juga memiliki iklim kesenian yang positif dan kondusif. Iklim tersebut, menjadikan Yogyakarta memiliki ratusan komunitas sastra dan kegiatan sastra yang lestari, tumbuh, dan berkembang. Keberadaan komunitas-komunitas tersebut merupakan agen transfer pendidikan moral dan nilai-nilai luhur yang mampu meningkatkan kualitas hidup dan menguatkan persatuan bangsa.
Selain itu, Yogyakarta strategis untuk advokasi dan agitasi gerakan literasi karena sifatnya yang multikultur. Jika dilihat dari hasil karyanya yang berkualitas, sastrawan-sastrawan Yogyakarta senantiasa diperhitungkan baik dalam event nasional maupun internasional. Dengan demikian Yogyakarta merupakan tempat strategis untuk menyelenggarakan festival sastra berskala nasional bahkan internasional.
“Gregah Sastra” adalah tema yang dipilih. Kata “gregah” diambil dari bahasa Jawa, yang berarti kebangkitan, kesiapsediaan, atau ketangkasan dalam menyambut dan menyerap sesuatu yang datang dari luar dirinya. Adapun kata “sastra” dapat diasumsikan sebagai segala hal yang meliputi wacana kesastraan dan karya sastra baik yang bersifat tradisional maupun modern. Dengan demikian, “Gregah Sastra” dimaksudkan untuk memetakan ulang berbagai kecenderungan budaya yang terkait dengan wacana dan isu-isu kesastraan, apresiasi, dan resepsi karya sastra, serta kemungkinan kreatif dan estetik dalam proses penciptaannya.
Rangkaian kegiatan Joglitfest telah berlangsung sejak tanggal 2 hingga 30 September 2019, dengan puncak kegiatan pada tanggal 27 sampai dengan 30 September 2019. Grand opening sendiri akan dilaksanakan tanggal 27 September 2019 bertempat di Monumen Serangan Oemoem 1 Maret, sedangkan lokasi utama kegiatan dipusatkan di Museum Benteng Vredeburg. Beberapa lokasi yang dipilih sebagai tempat berlangsungnya kegiatan (lokasi pendukung), antara lain di Hotel Melia Purosani, Desa Budaya, Kantung Budaya Komunitas Sastra, PKKH UGM, UIN Sunan Kalijaga, UNY, sekolah-sekolah, dan Kantung Budaya Kabupaten & Kota.
Kegiatan Joglitfest secara umum dibagi ke dalam dua kategori: Kegiatan Pertunjukan dan Kegiatan Non Pertunjukan. Kegiatan Pertunjukan dibagi menjadi tiga, yakni Pembacaan Karya Sastra, Pemanggungan Karya Sastra, dan Pergelaran Seni dan Sastra. Sementara itu, Kegiatan Non Pertunjukan dibagi menjadi sebelas: Ceramah Literasi dan Seminar Sastra Joglitfest; Bincang Sastra Generasi Milenial; Workshop Tata Kelola; Workshop Sastra Jawa, Workshop Penulisan Sastra, Pasar Sastra, Pameran Manuskrip (Naskah Kuna), Penerbitan dan Peluncuran Karya, Temu Penerbit, Pameran Rupa Sastra, Sastra BErgerak, Ruang Temu, Bioskop Sastra, Pentas Sastra, dan Pusat Dokumentasi Sastra.
Dengan kehadiran para sastrawan, komunitas sastra, kritikus sastra, penerbit, serta pihak pendukung sastra dari berbagai latar belakang, serta didukung oleh antusias masyarakat luas diharapkan dapat meningkatkan citra Yogyakarta di mata nasional sekaligus internasional, juga memengaruhi arah perkembangan peradaban dunia melalui jalur literasi. (ilh/qin)