YOGYAKARTA – Presiden Joko Widodo tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menyapa warga yang merayakan tahun baru di depan Istana Gedung Agung, Jalan A Yani, Yogyakarta, Minggu (31/12/2017) malam. Dalam kesempatan tersebut, kepala negara mengundang sejumlah warga yang ada di depan Gedung Agung untuk menikmati malam malam di istana tersebut.
Semula presiden hanya ingin menyapa warga yang tampak berkumpul di depan pagar Gedung Agung. Namun setelah mendekat, presiden minta agar gerbang utama dibuka sehingga warga bisa masuk ke area Gedung Agung dan berfoto bersama.
Tidak hanya sampai disitu, presiden juga memerintahkan ajudan Kolonel Pnb Mohammad Nurdin untuk mengundang warga menikmati santap malam bersama di Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta. “Undang 70 orang untuk makan malam di sini (Istana Kepresidenan Yogyakarta),” ujar Presiden.
Menurut Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin, sejumlah makanan dan minuman khas Nusantara dihindangkan untuk warga yang hadir. Di antaranya roti bakar ala Alun-alun Utara, Bakwan Malang, Sate Kambing, Sate Ayam, Bakmi Jawa, Oseng Mercon, Tengkleng, Bajigur, hingga Wedang Ronde.
Selain santap malam, para undangan tak lupa mengabadikan momen tersebut dengan berfoto bersama presiden. Bahkan mereka rela antri dengan tertib agar bisa berfoto dan melihat presiden lebih dekat lagi.
Setelah itu tepat pukul 22.10 WIB, presiden menyapa masyarakat yang berada di depan Gedung Agung dan berjalan kaki hingga Titik Nol Kilometer Yogyakarta yang jaraknya hanya 200 meter dari Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta. Setelah itu, presiden kembali ke Istana Negara Gedung Agung.
Dari santap malam tersebut, ada yang menarik karena tiga gadis asal Madiun diundang Presiden Jokowi menginap di Istana Negara Gedung Agung, Yogyakarta. Bunga dan dua temannya, Arin dan Hafsah, termasuk undangan presiden yang hadir malam itu. Saat ditanyakan berasal dari mana, mereka bertiga dengan kompak menjawab, “Madiun.”
Mereka bertiga tiba di Yogyakarta hanya bermodalkan ongkos Rp150 ribu setiap orangnya. Kehadiran mereka di Yogyakarta sebenarnya hanya untuk liburan menjelang tahun baru. ”Enggak tahu kalau ada (Presiden Jokowi). Tahunya pas nanya orang ‘ini kenapa kok ramai?’ Terus orangnya jawab ‘ada Pak Jokowi kalau mau foto sana. Antre dulu tapi’. Kita lalu antre sabar. Sampai desak-desakan dan diinjak kakinya,” ujar Arin.
Berangkat dari Madiun pukul delapan pagi dan tiba di Yogyakarta pukul satu siang, mereka menumpang mandi di sebuah rumah sakit setelah sempat berkeliling Kota Yogyakarta. ”Tadi mandinya di rumah sakit belakang sini,” ujar Hafsah.
Saat ditanya bagaimana perasaannya bisa berfoto bersama Presiden. ”Senang, campur deg-degan, rasanya enggak percaya, kayak mimpi,” ucap Bunga. Saat foto bersama dengan presiden, ketiga remaja ini tidak menyia-nyiakan untuk menyampaikan cita-citanya.
”Minta doa, kan mau masuk UN (Ujian Nasional) eh universitas. Mau masuk UGM (Universitas Gadjah Mada),” kata Bunga. Mereka mengatakan, alasan memilih UGM karena presiden berasal dari universitas tersebut. Saat ditanya respons presiden mengenai cita-cita mereka. ”Amin..amin kata Pak Jokowi,” jelas Arin.
Dalam santap malam, mereka menikmati sate ayam dan teh hangat. Tak lupa, ketiga gadis itu juga menyampaikan harapannya kepada Presiden Jokowi. ”Semoga makin maju, makin jaya, program kerja terlaksana dengan baik,” kata mereka.
Mereka bertiga bukan berasal dari satu sekolah yang sama, tapi mereka tinggal berdekatan. ”Kita ini tetangga, jadi kawan dari kecil,” katanya kompak.
Setelah dari Gedung Agung ketiga gadis asal Madiun ini kemudian berkeliling hingga pergantian tahun dan baru kembali ke Madiun esok harinya (Senin, 1 Januari 2018). ”Ya dimana saja. Masjid bisa, yang penting nanti istirahat,” ujar Hafsah ketika ditanya akan menginap dimana.
Ketika Presiden Joko Widodo dilaporkan terkait kisah ketiga gadis Madiun ini, ia langsung memerintahkan Kepala Istana Kepresidenan Yogyakarta Saifulah agar mereka menginap di Istana. ”Hubungi mereka dan siapkan kamar untuk mereka menginap,” ujar Presiden.
Akhirnya tengah malam, Senin 1 Januari 2018 pukul 00.30 WIB, mereka bertiga kembali ke Gedung Agung setelah dihubungi melalui telepon. Sebenarnya mereka tidak tahu, untuk apa kembali ke Gedung Agung. ”Saat diminta identitas di ruang piket, kok mengisi keperluan menginap,” ujar Arin.
Setelah ditunjukkan kamarnya di kamar 004, Wisma Negara, mereka pun masih belum percaya. Arin, siswa SMA Negeri 5 Madiun adalah anak pengemudi becak dan ibunya adalah ibu rumah tangga, sementara Bunga, siswa SMA Negeri 6 Madiun, ibunya telah tiada dan ayahnya bekerja sebagai montir. Hafsah, siswa SMK Negeri 3 Madiun, ayahnya di Cirebon berjualan batu alam dan ibunya adalah ibu rumah tangga. (Sugiarto/qin)