Anda berada di
Beranda > News > Belajar Mencapai Hidup Yang Sejati Dari Seorang Romo Mangun

Belajar Mencapai Hidup Yang Sejati Dari Seorang Romo Mangun

Suasana Diskusi Sastra “Meet The Legend” tentang Rowo Mangun (foto: Azka Qintory)

BANTUL – Memasuki hari ketiga acara Daulat Sastra Jogja (DSJ) 2023 yang digelar di Pelataran Djoko Pekik, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Jumat (27/10/2023), salah satu rangkaian acara DSJ 2023 yakni Diskusi Sastra “Meet The Legend” juga telah memasuki hari ketiga atau hari terakhir. Dimana pada hari ketiga ini, Legenda di bidang sastra yang turut dibahas yakni seorang Yusuf Bilyarta (Y.B) Mangunwijaya, atau yang akrab disapa Romo Mangun, Beliau merupakan seorang Sastrawan yang begitu melegenda berkat karya-karya novel dan essay-nya pada kurun 80-an dan 90-an.

Adapun narasumber yang diundang untuk membahas sosok Romo Mangun adalah Fery Timur Indarto, Beliau merupakan seorang guru, staff redaksi harian Kompas, Direktur Yayasan Adisatya, Konsultan pendidikan, serta Wartawan lepas salah satu media massa di Yogyakarta.

Sebelum panjang lebar membahas tentang sosok Romo Mangun, terlebih dahulu Fery memutarkan sebuah video tentang profil singkat seorang Romo Mangun. Video ini sendiri merupakan produksi TVRI Jogja pada tahun 1988 silam.

Setelah itu, Fery menceritakan tentang bagaimana sumbangsih Romo Mangun di bidang sastra, berdasarkan video yang telah diputarkan sebelumnya.

“Sebenarnya dia memposisikan diri sebagai pasteur, arsitek, penulis novel, pejuang kemanusiaan, dan juga sebagai penulis essay, lalu menulis kolom di berbagai surat kabar, yang pada saat itu di jaman orde baru, tidak mudah untuk tulisan itu bisa dimuat di surat kabar,” ujar Fery menceritakan sosok Romo Mangun kepada para hadirin siswa/i SMA sederajat, Jumat (27/10/2023).

Suasana Diskusi Sastra “Meet The Legend” tentang Rowo Mangun (foto: Azka Qintory)

Fery juga menambahkan, bahwa cita-cita sejati seorang Romo Mangun itu sebenarnya bukan hanya mencari sesuap nasi (menghidupi diri sendiri dan keluarga), namun juga untuk untuk dapat menjalani hidup yang lebih sejati, yakni dengan membantu sesama.

“Itulah mengapa ia ingin memperjuangkan sosok manusia yang humanis, atau lebih disebut sebagai Manusia Pancasila atau P5. Konsep itulah yang dianggap Romo Mangun sebagai hidup yang sejati, atau yang berguna bagi orang lain,” tambah Fery.

Ada pemandangan yang cukup unik dalam Diskusi Sastra kali ini, dimana seorang peserta dari salah satu SMA mengaku “tidak kuat” untuk bersenandung melafalkan lagu-lagu Jawa, atau yang disebut sebagai tembang Dhandanggula. ketika sudah melihat adanya gamelan dan alat musik daerah lainnya, Alhasil, seuntai tembang Dhandanggula pun berhasil dinyanyikannya dengan begitu baik, Aksinya pun disambut dengan tepuk tangan dari para hadirin yang hadir di Pelataran Djoko Pekik pada siang itu.

Di akhir sesi, para peserta dipersilakan menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh sang narasumber Fery Timur Indarto. Bagi mereka yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar, akan diberikan buku kumpulan cerpen karya Romo Mangun yang berjudul “Rumah Bambu”.

Sama seperti dua hari sebelumnya, seusai mengikuti diskusi sastra, para peserta diskusi dipersilakan untuk menyaksikan pertunjukan lakon spesial, yang pada hari Jumat ini menampilkan pentas lakon berjudul “Gegayuhan” yang disutradarai oleh Nunung Deni Puspitasari. (qin)

Artikel Serupa

Ke Atas