BANTUL – Berlangsung di Aita Coffeelounge Jalan Urip Sumoharjo Gose Bantul, Sarasehan Sastrawan Jawa di Bantul terlaksana dengan lancar, selasa (24/10). Diikuti oleh 70-an peserta yang bergelut dibidang sastra Jawa, baik dari penulis umum, Guru, PNS, seniman dan budayawan yang bersentuhan dengan sastra Jawa, bahkan dari para pelajar dan mahasiswa.
Kegiatan dibuka langsung oleh Kepala Dinas Kebudayaan Bantul Drs. Sunarto SH. MM. Yang pada kesempatan tersebut memberikan sambutan dan membacakan gurit untuk pertama kali dengan diiiringi gamelan gender oleh Alibyanto. Dalam sambutannya, Sunarto menyebutkan bahwa banyak seniman dan budayawan, khususnya sastrawan Jawa yang bermukim di Bantul.
“Bahkan dari penulis sastra Jawa tersebut banyak yang mendapatkan banyak prestasi, tapi kita belum saling kenal, maka di forum ini merupakan awal untuk saling mengenal,” ungkap Sunarto.
Sementara itu sarasehan menghadirkan narasumber Drs. Purwadmadi dari Majalah Mata Budaya Dinas Kebudayaan DIY dan Drs. Sutopo redaktur rubrik Mekarsari KR Group.
Dalam kesempatan tersebut Purwadmadi menekankan perlunya gerkan sastrawan Jawa untuk menularkan sastra Jawa kepada generasi muda. Dimana jika dilihat banyak yang tidak bisa berbahasa Jawa dengan baik dan benar.
“Bahkan yg sudah tuwa pun kadang salah dalam pemilihan kata bahasa Jawa. Sekarang sudah umum bicara ngoko, nah dalam hal sastra bisa kira lestarikan penggunaan bahasa Jawa yang tepat,” kata Purwadmadi.
Sementara itu Sutopo lebih banyak menjelaskan mengenai penulisan bahasa dan sastra Jawa di rubrik yang diasuhnya, selain sebagai media pelestari, juga menjadi penyemangat untuk terus menulis dan berkarya sastra Jawa.
Pada kesempatan itu hadir pula Banuarli Ambardi, Simon, Ardini Pangastuti, Margareta Widhy, YS Taufan, Noviana Lestari, Nur Iswantara, Umi Kulsum, Jumarudin, Tedi Kusyairi, Bardikari, Husnul Latif redaktur pelaksana www.sumilir.com, Rois pengasuh sanggar Mangir dan banyak lagi nama-nama yang sudah sering muncul dalam belantika sastra Jawa di Yogyakarta khususnya.
“Acara ini penting sebagai tonggak sejarah adanya perkumpulan sastrawan Jawa yang ada di Bantul, semoga tidak berhenti disini, tapi terus berjalan, apalagi jika perhatian pemerintah sudah ada, maka ini kesempatan untuk memperbaiki dalam banyak hal, sehingga sastra Jawa bisa lebih berkembang sesuai eranya,” ungkap Ardini Pangastuti yang pernah mendapatkan penghargaan sastra Rancage beberapa tahun silam.
Usai sarasehan berlangsung, dilaksanakan musyawarah kecil terkait tindak lanjut kegiatan sastra Jawa hari itu, bahwa akan dikukuhkan pengurus Paguyuban Sastra Jawa Bantul, dimana disepakati dari formatur yang ada dari ketua panitia Bambang Nugroho, dari Dinas Tri Jaka, dari unsur Guru SMA, SLTP, SD, dan dari unsur penulis umum.
“Nantinya, kita akan menyelenggarakan pertemuan khusus untuk memformulasikan kepengurusan, dari formatur yang terbentuk, jika sudah terbentuk kepengurusan, akan dilakukan pengukuhan dan selanjutnya penyusuan program kegiatan,” ungkap Bambang Nugroho, ketua Panitia. (Kun)