
MAGELANG, SPJ – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Padepokan 48 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta berhasil menggagas inovasi Bank Sampah Merah Putih di Dusun Pandean, Desa Jerukagung, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Program ini hadir sebagai solusi nyata terhadap kebiasaan masyarakat yang sebelumnya kerap membakar sampah, sehingga berkontribusi pada pencemaran udara yang terjadi di wilayah tersebut dalam beberapa waktu terakhir.
Berdasarkan pemantauan IQAir 2024, kualitas udara di Kabupaten Magelang berada pada level sedang (indeks 54), dengan konsentrasi PM2.5 mencapai 13 µg/m³ alias lebih dari dua kali lipat ambang batas yang direkomendasikan WHO. Situasi ini mengindikasikan bahwa praktik pengelolaan sampah di kabupaten Magelang masih belum optimal. Ini belum termasuk dengan pembakaran terbuka, yang ikut berkontribusi terhadap meningkatnya polusi udara di kawasan tersebut.
Bank Sampah Merah Putih yang digagas oleh mahasiswa UST ini mengajak warga untuk memilah sampah bernilai ekonomi ke dalam 8 galon pemilah (plastik, kertas, besi, kaca, sisa makanan, kaleng, daun, dan kulit buah) sebagai simbol bulan kemerdekaan serta mengisinya dengan aksi nyata dan karakter berbasis ekologis atau lingkungan. Sampah tersebut kemudian ditukar dengan poin yang bisa dikonversikan menjadi uang atau barang kebutuhan sehari-hari. Hasil dari penjualan sampah yang telah dipilah juga dapat menambah pendapatan masyarakat sekitar, sehingga selain membantu menjaga lingkungan, program ini mampu meningkatkan perekonomian warga.
“Kami berharap Bank Sampah Merah Putih ini mampu mengubah kebiasaan warga yang dulu seringkali membakar sampah, menjadi lebih peduli pada lingkungan. Selain mengurangi pencemaran, sistem ini juga memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat,” ujar salah satu anggota KKN Padepokan 48.
Manfaat nyata Bank Sampah Merah Putih juga dirasakan langsung oleh warga. Salah satunya Widodo (60), warga Dusun Pandean, yang mengaku sangat terbantu dengan adanya program ini.
“Saya sangat terbantu oleh adanya Bank Sampah Merah Putih dari para mahasiswa UST ini. Selain bisa menambah ekonomi keluarga, polusi dari pembakaran sampah juga berkurang. Lingkungan pun jadi lebih bersih,” ungkapnya.
Selain warga, organisasi kepemudaan pun turut merasakan dampak positifnya. Helmi, Ketua Karang Taruna Dusun Pandean, menyampaikan bahwa Bank Sampah Merah Putih ikut membantu menambah kas organisasi dan kreativitas warga dengan pemanfaatan barang bekas untuk ditempelkan di buku sehingga menjadi sebuah cerita.
“Bank Sampah Merah Putih ini turut membantu kas karang taruna bertambah karena ada pemasukan dari penjualan sampah. Uang tersebut bisa digunakan untuk mendukung kegiatan pemuda di dusun Pandean dan Pemuda agar lebih kreatif dalam menyalurkan ide lewat penempelan barang bekas di kertas sehingga mampu membentuk sebuah cerita.” jelas Helmi.
Program ini juga melibatkan karang taruna Dusun Pandean sebagai mitra dalam sosialisasi dan pengelolaan. Sejak diluncurkan pada 22 Juli lalu, partisipasi warga semakin hari semakin meningkat. Warga mulai rutin menabung sampah setiap minggu. Dampaknya lingkungan menjadi lebih bersih, udara lebih sehat, dan warga pun semakin kreatif.
Dengan adanya inovasi ini, mahasiswa UST berharap Dusun Pandean bisa menjadi contoh desa ramah lingkungan, berdaya ekonomi, dan berkreasi melalui sintax 17-08-1945 di Indonesia.
Nama Penulis: Karolina Arina Mira, Dewanti Pramudyasari, Lindawati, Agatha Salma Sasikirana, Amanda Serli Bria, Muhamad Ferdy Antoro, Widya Wulandari, Rezi Pauri, Putri Fasyah Rani, Zildan Himawan, Adha Wildan Naufal Ardha Gunung Mainaka.