“Bro, cafe itu wifinya kenceng lho, tempatnya oke dan pokoknya kerenlah, cocok buat mabar”. Itu adalah ucapan lazim kalangan pelajar atau remaja masa kini. Cafe, tempat nongkrong, wifi, instagram, game, travelling, dan mabar adalah kamus khas generasi milenial, atau sebutan lain dari remaja itu.
Apa sih yang dimaksud generasi milenial itu? Oke, saya disini tidak akan membuka kultum malam, tetapi hanya sharing pendapat saja. Generasi milenial adalah sebutan identik dengan anak muda masa kini, atau generasi kekinian. Itu lho yang kamus andalannya “mabar kuy”, ketawanya pakai “wkwkwkwk”. Tau kan?, nah ya itu.
Tetapi disini saya juga akan memaparkan beberapa definisi generasi milenial dari beberapa ahli, yaitu:
Generasi adalah sekelompok individu yang dipengaruhi oleh kejadian-peristiwa bersejarah dan fenomena budaya yang terjadi dan dialami pada fase kehidupan atau dapat dikategorikan sebagai suatu konstruksi sosial dimana di dalamnya terdapat sekelompok orang yang memiliki kesamaan umur dan pengalaman historis yang sama, menurut Manheim, 1952.
Milenial merupakan istilah populer bagi anak muda yang saat ini berusia 15-35 tahun, berarti aku dan kamu juga bagian dari kaum milenial.
Akhir-akhir ini generasi kita banyak diperbincangkan, mulai dari segi pendidikan, budaya, sosial, maupun moral serta penggunaan teknologi, para senior kita atau generasi X tampaknya mulai kerepotan dalam menghadapi serbuan kita, para milenial.
Apa sih karakter generasi milenial?
Generasi milenial memiliki karakteristik yang sangat khas, kita lahir di zaman TV sudah berwarna, meggunakan remote, menggunakan handphone, internet, smartphone ganti setiap tahun, dan semua itu sekarang menjadi kebutuhan pokok bagi kaum milenial, eksistensi ditentukan oleh jumlah follower dan like, berlebihan dalam mengidolakan tokoh idolanya, menggunakan budaya ke eropa-eropaan, demam Kpop, dan sebagainya.
Atau seperti yang saya sebutkan diatas, kaum milenial yang saat ini sangat sulit terlepas dari namanya smartphone dan internet. Kedua hal tersebut menjadi kebutuhan pokok atau bahkan wajib bagi kaum milenial seperti kita ini. Semua gejala kekinian yang tak habis-habisnya membuat orangtua kita kebingungan mengikutinya.
Hal Negatif yang Harus Dihindari Kaum Milenial
Dibalik semua karakter diatas, ada beberapa hal negatif yang perlu anda hindari, yaitu. Kaum Milenial kini cenderung cuek pada keadaan sosial, mengejar kebangaan akan merek/brand padahal ekonomi orang tua pas-pasan. Pulang kuliah/sekolah nongkrong di cafe, angkringan, atau tempat sejenisnya, kaum milenial cenderung eksis di medsos, sekolah Cuma jadi ajang ikut-ikutan, cuek terhadap perkembangan politik, dan yang perlu digaris dibawahi, kaum milenial sekarang ini sangat kecanduan terhadap game-game online. Mereka cenderung meninggalkan sikap sosial, meninggalkan nilai budaya dan agama, hanya untuk mengejar tingkat level game saja.
Hal negatif tersebut sangat disayangkan, karena mereka sekarang ini hanya menghabiskan waktu yang ada hanya untuk bermain game online. Maka dari itu, mari kita kurangi kebiasaan diatas, untuk menuju menjadi kaum milenial yang kreatif dan produktif.
Karena, istilah milenial di zaman now ini sangatlah diharapkan untuk menjadi agent perubahan (agent of change). Karena kaum milenial sebenarnya alam suatu kehidupan mereka memiliki idealisme yang kuat, mereka juga memiliki semangat dan harapan ubtuk tetap hidup dan berjuang demi kehidupan yang lebih baik.
Artinya peran generasi milenial dalam pembangunan bangsa sangatlah penting. Kaum milenial memiliki ide-ide segar, pemikiran yang kreatif dan inovatif, generasi milenial kini diyakini akan mampu mendorong terjadinya transformasi dunia ini ke arah yang lebih baik melalui efektifitas, perbaikan, dan pengembangan.
Oleh karena itu, generasi milenial juga dianggap sebagai calon pemimpin yang akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Generasi milenial ini banyak menggunakan teknologi komunikasi instan seperti, email, SMS, WA, Line , dan sebagainya. Sebagai generasi milenial, dalam peran pembangunan bangsa juga memiliki tantangan yang sama dari tahun ke tahun, apakah tantangan itu? Oh ya tantangan tersebut adalah produktivitas.
Dalam akhir pembahasan dari saya, disini saya akan kaji empat cara untuk membangkitkan potensi kaum milenial. Cara ini adalah bagian dari teknik memimpin generasi yang terkenal sangat inovatif dan kreatif tersebut.
Saya kutip dari buku “Lead Or Leave It!” berikut mari kaji sedetail mungkin.
Cara pertama adalah, bangkitkan kaum milenial dengan cara mendorong mereka menyampaikan ide-ide kreatifnya, percayalah jika kita sanggup bersinergi dengan kepentingan kaum milenial, mereka akan stay and stand strong dengan kita.
Ini terbukti karena, mereka merasa sangat dihargai dan sangat dilibatkan.
Cara kedua adalah, berikan sentuhan modifying ideas atau modifikasi ide mereka, karena tidak saemua ide mereka applicable atau bisa dilaksanakana. Ada kalanya ide mereka belum realistis atau belum cocok dengan kondisi saat ini. Cara ini juga sangat penting karena seburuk apapun ide yang disampaikan, harus kita terima dengan mudah, dan jangan dibuang semuanya, dan jangan pula dihinakan.
Cara ketiga, beri umpan balik bagi mereka, dengan memberikan feedback atau tanggapan yang baik kepada kaum milenial, cambukan seperti itu dapat membuat kaum milenial terus membara dan memiliki motivasi tinggi, sehingga mereka akan mulai mengaum kembali.
Cara tersebut sangat cocok, dan bermanfaat untuk menggantikan teguran, cacian bahkan amarah yang selama ini digunakan untuk generasi milenial.
Cara keempat atau terakhir, give alternative and limited direction, artinya beri mereka alternatif dan arahan perintah yang terbatas. Berikan kepada mereka berfikir saat kita dilibatkan dalam ketiga cara di atas, dan jika sampai batas awaktu makan yang diberikan mereka tetap bungkam, maka agar mereka mulai belajar berfikir kita berikan mereka arahan yang terbatas.
Essay ditulis oleh Thoyib Sita Nurindra
Senin, 10 Desember 2018