YOGYAKARTA – Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) yang ke-13 resmi dibuka pada 27 November 2016 di Jogja National Museum. Acara dimulai pukul 19.00 WIB dan dibuka dengan tarian Hanoman yang ditampilkan oleh siswa-siswa SMK 1 Yogyakarta. Tahun ini, JAFF kembali mengangkat sinema Asia dengan menjadikan “Disruption” sebagai tema utama. Menurut Budi Irawanto selaku festival president dari JAFF, tema ini mengajak penonton festival untuk meretas perubahan.
Film “The Man from the Sea” karya sutradara Jepang Koji Fukada menjadi film pembukaan JAFF kali ini. Film yang dibintangi oleh Sekar Sari dan Adipati Dolken ini terpilih menjadi film pembuka sebagai wujud dari misi merayakan sinema Asia.
Di edisinya yang ke-13, JAFF akan memutar 146 film dari 27 negara dan sejumlah program edukasi, talkshow, dan kuliah umum yang tersebar di tiga lokasi utama, yaitu Jogja National Museum, Empire XXI dan Cinemaxx. JAFF selalu ditunggu-tunggu oleh para penikmat film di Indonesia karena acara ini adalah satu-satunya festival film di Indonesia yang konsisten mendatangkan film-film terbaik dari berbagai negara di Asia.
Mulai 28 November besok, penonton sudah bisa menikmati berbagai film berkualitas yang telah diseleks oleh JAFF. Beberapa program unggulan JAFF, seperti Asian Feature, Light of Asia dan Asian Perspectives akan membawa penontonnya menyelami sebuah dunia kreasi yang lain dari deretan hiburan yang biasanya disajikan industri layar perak di Indonesia.
Program Asian Feature yang dikhususkan sebagai kompetisi film panjang fiksi dari sutradara-sutradara terbaik di Asia akan menghadirkan film-film seperti “27 Steps of May,” “Die Tomorrow,” “The Song of Grassroots” dan “Ave Maryam.”
Sementara itu, program Light of Asia sebagai ajang kompetisi bergengsi bagi pembuat film pendek di JAFF akan membawa sejumlah karya yang menjanjikan, seperti “A Gift,” “The Moon is Bright Tonight” dan “Facing Death with Wirecutter.”
Khusus film-film Indonesia terpilih, JAFF juga menghadirkan Indonesian Screen Awards sebagai wujud apresiasi terhadap sineas lokal yang berhasil berkarya dan memajukan perfilman Indonesia. Tahun ini, “Love for Sale,” “Aruna dan Lidahnya,” “Keluarga Cemara” dan sejumlah film Indonesia lainnya akan saling adu kreasi untuk mendapatkan penghargaan dari JAFF.
Program non kompetisi seperti Asian Perspectives adalah bukti wujud kepedulian JAFF terhadap perkembangan sinema dunia. Beberapa film apik yang terdapat di kategori ini termasuk “Istri Orang,” “Father to Son” dan “Golden Memories.”
Sutradara Garin Nugroho menjadi tokoh dalam Focus On, sebuah program tahunan yang menyorot karier perfilman seorang sineas yang dinilai berkontribusi besar terhadap sejarah perfilman. JAFF kali ini menjadi kesempatatn langka untuk menyaksikan sejumlah film pendek yang pernah Garin buat di masa-masa awalnya sebagai sineas. Sejumlah film panjang Garin yang mencatat sejarah, seperti “Cinta dalam Sepotong Roti,” “Aku Ingin Menciummu Sekali Saja” dan “Mata Tertutup” juga kembali hadir khusus untuk penonton di JAFF. Garin juga akan menayangkan film terbarunya, “Kucumbu Tubuh Indahku” yang baru-baru ini diluncurkan di Venice Film Festival.
Tahun ini, JAFF menghadirkan sejumlah program spesial di mana mereka berkolaborasi dengan sejumlah pihak yang peduli terhadap perkembangan sinema. Salah satunya adalah program Art for Children yang merupakan hasil kerjasama JAFF dengan Kineno International Children’s Film Festival di Jepang. Program ini bertujuan untuk menyajikan film yang bisa dinikmati oleh anak dari usia satu tahun hingga dewasa.
Program Respect Japan, yang merupakan hasil kerjasama dengan Japan Foundation, menghadirkan film “Shoplifters” karya sutradara pemenang penghargaan di Cannes Film Festival, Hirokazu Kore-Eda dan “Tokyo Story,” film dari tahun 1953 karya Yasujiro Ozu. Selain itu, ada juga program Shanghai International Film Festival yang menyajikan sejumlah sinema dari China seperti “Birds in Mire” dan “The Road Not Taken.”
Selain itu, program spesial lainnya adalah Layar Klasik, di mana penonton bisa menyaksikan kembali empat film lama yang punya nilai sejarah tinggi untuk sinema Asia dan sudah direstorasi, deretan film pendek pilihan di Return to the Salt Boy, Hukla in Motion yang merupakan interpretasi sinematik dari puisi-puisi Leon Agusta, Layar Komunitas dan Special Gala untuk film “Love is a Bird” dan “Daysleepers.”
JAFF mengajak semua pencinta sinema untuk hadir di festival film yang akan berlangsung selama seminggu ini. Selain menonton film di bioskop, ada juga sejumlah program khusus seperti Open Air Cinema, Forum Komunitas, dan JAFF Education yang juga akan memberikan tambahan ilmu di luar penayangan layar. Untuk sejumlah kelas di program edukasinya, JAFF telah berhasil mendatangkan sineas ternama yang siap berbagi ilmu, seperti Reza Rahadian, Ernest Prakasa, Gunnar Nimpuno, Robin Moran, Buadi, Ian Wee dan Bertrand Dauphant.
Tiket online untuk sejumlah film sudah ludes terjual, namun JAFF memastikan ada kesempatan untuk penonton yang bersedia datang lebih dulu untuk membeli tiket di lokasi penayangan sesuai waktu yang telah ditentukan. (qin)