YOGYAKARTA – ASEAN-Republic of Korea Film Leaders Incubator: FLY 2017 sudah berjalan lebih dari seminggu. Para pembuat film muda dari seluruh Asia Tenggara dan Korea Selatan sudah mengikuti sebagian besar dinamika workshop yang diprakarsai oleh Busan Film Commission (BFC) dan Asian Film Comissions Network. Ada dua film yang telah mereka buat, dari Grup A ada film The Sand and The Sea dan dari Grup B ada film Good Food, Good Sight, Good ___ . Kedua film ini pada sabtu (2/12/2017) ditayangkan di Jogja-NETPAC Asian Film Festival ke-12.
Bertempat di CGV Cinemas J-Walk, tepat pada pukul lima sore dengan dimoderatori oleh Direktur Festival JAFF, Budi Irawanto, pemutaran pun dimulai. Film pertama yang diputar adalah The Sand and The Sea. Percakapan terjadi antara seorang ayah yang sudah berusia sekitar 60 tahun ke atas dengan anaknya yang sudah berusia sekitar 30 tahunan dan sudah berkeluarga. Berawal dari mogoknya mobil di jalanan dekat Pantai Baru, anaknya pun datang hendak menolong memperbaiki mobil ayahnya. Sebuah dialog hangat pun terjadi karena mereka harus menunggu montirnya datang sekitar tiga jam. Berlatar belakang pemandangan Pantai Baru yang memanjakan mata, sebuah cerita singkat yang membuai para penonton dengan perkataan yang mengalir antara ayah dan anak itu.
Film Kedua berjudul Good Food, Good Sight, Good ____ yang mengangkat kehidupan seorang remaja perempuan di sebuah keluarga disfungsional, ayah dan ibu remaja pergi bekerja di hari ulang tahun remaja itu. Tidak hanya mengabaikan perayaan ulang tahun, orangtuanya juga menitipkan adik dari remaja itu yang bernama Farah. Adiknya yang nakal semakin menambah permasalahannya. Ia pun memutuskan untuk ikut suatu perlombaan vlog yang berhadiah liburan ke Alaska. Kekacauan yang dibuat Farah ketika pengambilan vlog merupakan bumbu dari film ini. Pada akhirnya Farah ternyata adalah orang yang paling peduli dengan kakaknya.
Sebuah pujian atas bakat dan karya mereka disampaikan oleh Ifa Isfansyah, Executive Director JAFF yang juga merupakan sutradara yang telah meraih beragam prestasi di kancah perfilman.
“Selamat kepada seluruh tim karena telah berhasil mengatasi dan mengkombinasi perbedaan kultur, perbedaan bahasa, dan budaya dari setiap negara sehingga menghasilkan karya film yang bisa kami nikmati.”
Mereka telah berhasil menyelesaikan rangkaian pelatihan yang tidak hanya memberikan pengetahuan baru bagi mereka, namun juga sebuah keluarga baru.
“Kami tidak hanya belajar pada satu hal yang kami kuasai, tetapi juga belajar dari posisi baru yang berbeda dari kemampuan kami.” Ungkap Amali HJ Roslin dari Brunei Darussalam.
Gerry Fairus Irsan, perwakilan dari Indonesia juga membagikan pengalamannya selama mengikuti FLY 2017 kepada JAFF, “Mengikuti FLY adalah pengalaman yang sangat berkenang bagi saya dan tidak akan saya lupakan, lebih mendengar pendapat satu sama lain adalah salah satu pelajaran yang akan saya ingat.”
“Hampir dua minggu ini selalu berkonflik, selalu berargumen, berdiskusi. Karena film itu tidak hanya soal diri sendiri, tetapi kerja sama tim.” Sahut Kim Beori, perwakilan dari Korea Selatan.
Sebanyak 22 orang pembuat film muda tersebut setelah melakukan pemutaran di Jogja-NETPAC Asian Film Festival, pada malam itu juga dinyatakan lulus dari program ASEAN-Republic of Korea Film Leaders Incubator: FLY 2017. (Titus Kurdho/Qin)