Kasus Covid-19 yang terjadi di Bantul, dikabarkan semakin menurun dalam beberapa waktu terakhir. Menurut data dari Kepala Dinas Pendidikan, Pemda & Olahraga (Dikpora) Bantul, Isdarmoko, yang disampaikan dalam acara Jogjapolitan belum lama ini, ia menyebutkan bahwa pembelajaran tatap muka (PTM) pada jenjang PAUD sampai SMA di kabupaten Bantul telah dilakukan 100% mulai Senin (9/5/2022).
Kita pun telah mengetahui bersama, bahwa selama masa pandemi ini, pembelajaran di sekolah telah diubah menjadi secara daring (dalam jaringan) atau jarak jauh. Rupanya, proses pembelajaran semacam itu telah mengubah perilaku para siswa secara tidak langsung.
Salah satu dampak yang paling nyata adalah menurunnya kemampuan belajar siswa, atau disebut juga learning loss. Dari segi karakter, siswa-siswi yang telah dididik secara daring ini cenderung lebih sering acuh, tidak sopan, kurang disiplin, dan sebagainya. Sehingga bisa dikatakan bahwa selama dua tahun terakhir ini, siswa sudah mengalamai penurunan karakter, akibat metode pembelajaran yang beralih menjadi secara jarak jauh.
Meskipun nyatanya, tanpa perlu diganti menjadi secara daring pun, siswa-siswi kita juga sudah sejak lama kehilangan karakternya sebagai pembelajar. Hanya saja, adanya pandemi dengan PJJ (Pembelajaran jarak jauh) ini seolah semakin menegaskan, betapa bobroknya pendidikan kita.
Ketika saat ini sistem pembelajaran sudah kembali ke format semula yakni secara tatap muka, maka para pendidik terutama para guru, akan mencoba untuk mengembalikan lagi norma-norma yang telah hilang selama dua tahun lebih ini dari pendidikan nasional, yakni dengan cara revitalisasi pendidikan karakter.
Mengembalikan moral siswa ke arah yang lebih baik, merupakan suatu upaya terencana dan sistematis, untuk mendidik para peserta didik.
Adapun nilai-nilai luhur yang dapat membentuk karakter seorang siswa, yaitu: Kejujuran, toleransi, disiplin, kesabaran, kreativitas, kemandirian, sikap demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, sikap bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, serta berani bertanggung jawab.
Maka dari itu dibutuhkan kesiapan yang matang dari revitalisasi pendidikan karakter ini, sehingga penanaman karakter kepada siswa akan mampu direalisasikan dengan sebaik mungkin.
Dan, sebagai upaya untuk mewujudkan program revitalisasi pendidikan karakter tersebut, Disdikpora kabupaten Bantul mengadakan Deklarasi Akbar Sekolah Ramah Anak pada Senin (21/5/2022), yang dilangsungkan secara daring melalui Zoom meeting, serta luring di Gedung Induk lantai 3 Kompleks Kantor Bupati Bantul.
Acara deklarasi ini diikuti oleh sebanyak 1516 sekolah yang ada di Kabupaten Bantul.
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, dalam sambutannya menyampaikan bahwa salah satu urgensi dari perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak adalah karena anak merupakan penerus masa depan bangsa, terlebih dengan adanya persaingan global.
“Jangan sampai bangsa kita Indonesia, di tangan anak-anak kita di masa depan nanti, kalah dengan bangsa lain.”
“Semua itu agar anak memiliki kecerdasan, keterampilan dan karakter yang sesuai dengan bangsa kita, dan sesuai dengan visi pendidikan Kabupaten Bantul, yaitu mewujudkan generasi muda yang sehat, cerdas, berakhlak mulia, dan berkepribadian indonesia”, kata Bupati Bantul dalam acara deklarasi tersebut.
Sementara Sekolah Ramah Anak merupakan bentuk penerapan revitalisasi pendidikan karakter di tengah pandemi, yang memerlukan strategi yang lebih efektif dan inovatif, agar program ini bisa terlaksana dengan baik. Beberapa strategi yang dapat dilakukan yaitu: Guru bisa memberikan inovasi dalam kegiatan pembelajaran dengan menciptakan suasana belajar yang seru dan menarik. Hal ini membuat para siswa memiliki sikap untuk berpikir kritis serta mencari tahu materi lebih dalam terhadap persoalan yang terjadi, serta dapat memecahkan permasalahan dengan baik. Dengan demikian, sikap mandiri dan kecerdasan bisa tertanam kembali dengan baik pada diri setiap peserta didik.
Strategi kedua adalah kembali menguatkan kerjasama dan komunikasi antara guru dengan orang tua. Selama pandemi Covid-19 sudah pasti para siswa lebih banyak memiliki waktu bersama orang tuanya, sehingga seharusnya sudah tercipta hubungan yang lebih cair antara keduanya. Sehingga dengan adanya kerjasama dan komunikasi yang baik, maka para guru pun dapat memantau perkembangan pendidikan karakter dari peserta didik melalui orang tuanya. Keterlibatan orang tua dalam proses pembelajaran diharapakan akan mampu menguatkan nilai-nilai karakter dari para siswa.
Jika penguatan pendidikan karakter terhadap anak dilakukan dengan baik, maka revitalisasi pendidikan karakter akan dapat dijalankan sesuai visi dari Kabupaten Bantul, yaitu mewujudkan generasi muda yang sehat, cerdas, berakhlak mulia, dan berkepribadian Indonesia.
Jadi marilah kita dukung dan wujudkan program revitalisasi Pendidikan karakter ini, sesuai dengan kapasitas kita masing-masing. Agar kedepannya dapat tercipta output pendidikan Indonesia yang memiliki daya saing global, serta tentunya memiliki karakter yang unggul.
Artikel ini ditulis oleh Beny Rifki Prasinto, S. Pd
Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru Prajabatan 2022
Universitas Ahmad Dahlan