BANTUL – Menurut Djoko Pekik, selain karena prestasi dan reputasinya yang sudah diakui dunia, para maestro yang digandeng oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dalam bingkai Belajar Bersama Maestro (BBM) 2018, kebanyakan sudah memiliki usia lanjut. Pada umumnya para maestro atau masyarakat yang selama ini belajar kepadanya secara regenerasi sangat tradisional, sehingga dampak pesebarannya juga memiliki area yang terbatas, misalnya hanya disekitar lokasi tempat tinggalnya. Gaya tarian seorang seniman hanya diteruskan oleh murid-muridnya secara langsung, itupun hanya untuk sebatas orang.
“Melalui kegiatan Belajar Bersama Maestro 2018 yang diselenggarakan oleh Kemdikbud, diharapkan bisa membuka kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh pelajar di Indonesia untuk mempelajari lebih dalam sesuai maestro seni yang diminatinya,” demikian diungkapkan oleh Djoko Pekik dalam acara Ngobrol Bareng Maestro di pelataran rumahnya dusun Sembungan Lor, selasa (15/5/2108).
Kegiatan ini dihadiri oleh 20 maestro seni dari Indonesia yang memiliki pengaruh di dunia internasional, juga diikuti oleh ratusan pelajar dari Yogyakarta dan Solo. Sesi acara ini dalam rangka memperkenalkan program Belajar Bareng Maestro, tahapan kegiatan dan bagaimana cara mengikutinya, dalam kegiatan ini para pelajar yang hadir banyak bertanya tentang kegiatan maupun motivasi keterlibatan seniman dalam kegiatan ini.
Fendi Siregar salah seorang maestro seni media mengungkapkan bahwa diera sekarang, dimana hampir setiap orang memegang smartphone, maka diperlukan konten yang menarik dan penuh makna agar bisa dinikmati banyak orang.
“Seni media, khususnya media rekam sebaiknya menjadi pilihan dijaman ini untuk memberikan pendidikan karakter bagi penerus bangsa, jadi apa yang dilakukan para maestro seni ini bisa direkam, didokumentasikan, disakasikan dan dipelajari oleh masyarakat luas, melalui berbagai media sosial,” kata Fendi.
Sementara itu juga ada seniman yang nyepi dari media sosial, seperti Nasirun, namun dirinya tetap berkarya untuk terus menumbuhkan bakat dan minatnya dibidang seni yang digelutinya. Tentu ketekunan dan prestasi yang diraihnya juga akan menarik para pengguna media untuk mempublikasikan karyanya. Berbeda dengan Djaduk Ferianto yang memanfaatkan gadget untuk mempermudah pekerjaan seninya.
“Kalau Nasirun tidak bisa menggunakan ‘Samsung’, saya justru terbantu dengan alat ini, seperti ketika sedang menyetir mobil, tiba-tiba mendapatkan ide untuk musik garapan, maka hidupkan smartphone, dan rekam idenya, baru nanti sampai rumah garapan ide tadi difinishing,” kata Djaduk.
Program Belajar Bersama Maestro ini sendiri melibatkan Maestro Seni Rupa seperti; Nasirun, Djoko Pekik, Angki Purbandono, Hanafi, dan Putu Sutawijaya. Sementara dari seni pertunjukkan melibatkan; I Made Sidia, Dindon WS, Manteb Sudharsono, dan Iswadi Pratama. Dari seni Tari ada Miroto, Didik Nini Thowok, Wangi Indriya, Ni Nyoman Tjandri, dan Ni Ketut Arini. Maestro seni yang terlibat yakni Fendi Siregar dan Arief Yudhi. Serta maestro seni mudik ada Irwansyah Harahap, Djaduk Ferianto, Ayu Laksmi, dan Gilang Ramadhan.
Menurut Restu Gunawan, Direktur Kesenian Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bagi pelajar yang berminat bisa mendaftarakan diri melalui website bbm.kemdikbud.go.id, nantinya akan dipilih 300 pelajar yang akan menginap belajar di rumah para maestro tersebut selama dua minggu.
Tedi Kusyairi