BANTUL – Dibanding film fiksi, barangkali film dokumenter memang lebih membuat penonton mengrenyitkan dahi untuk lebih detail memahami dengan hati, barangkali itulah yang ingin diungkapkan penonton acara #selasasinema di Aita Coffee Lounge selasa (31/10) malam.
Seperti diungkapkan oleh Bakti Saputra salah satu pengunjung dirinya merasa tertantang untuk membuat film dokumenter, setelah selama ini banyak membuat film fiksi.
“Ya, potensi untuk membuat film dokumenter banyak disekitar kita, tapi memang rada berat juga ya kalau mau membuatnya,” kata Bakti.
Beberapa judul film dokumenter yang diputar malam itu, ‘Dluwang’, ‘Sungkowo’, ‘Ki Ageng Mangir’, ‘Sosrowijayan’, dan ‘Luhurnya Perkawinan Jawa’.
Menurut Tedi Kusyairi koordinator acara #selasasinema, kegiatan ini rutin diselenggarakan setiap bulan sekali setiap dua minggu terakhir, dengan memutar berbagai film karya yang melibatkan sineas di Bantul.
“Dari berbagai komunitas, forum, pegiat film, atau personal yang aktif dalam dunia perfilman di Bantul, kami mufakat membuat paguyuban sineas di Bantul, dan sudah dua tahun ini secara rutin menyelenggarakan pemutran dan diskusi mengenai film di Bantul,” kata Tedi.
Turut hadir malam itu Alibiyono Kasie Seni dan Film Dinas Kebudayaan Bantul yang turut menyaksikan dan mengobrolkan film-film yang diputar.
“Banyak potensi budaya yang bisa menjadi latar belakang tema pembuatan film, baik fiksi maupun dokumenter, apalagi di Bantul,” kata Alibiyono.
Acara malam tersebut memang dirancang khusus bagi pelajar Bantul yang ingin mengikuti Bantul Film Festival #1 2017, untuk memperkaya pengetahuan mereka untuk mengikuti festival tersebut. Acara #selasasinema diharapkan mampu menggeliatkan perfilman di Bantul agar lebih maju. Sehingga bagi siapapun, sineas maupun masyarakat bisa ikut andil dalam kegiatan ini. (lin).