Anda berada di
Beranda > News > Masyarakat Bantul Antusias Memulai Rangkaian JAFF 2018

Masyarakat Bantul Antusias Memulai Rangkaian JAFF 2018

Masyarakat Palbapang memasang atribut JAFF 2018 di lingkungan mereka (Foto: ist.)

BANTUL – Rangkaian salah satu program pra-festival Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) tahun ke-13, yaitu Open Air Cinema, resmi dimulai pada hari Senin tanggal 19 November 2018. Pada penyelenggaraan hari pertama ini, Open Air Cinema diadakan di lapangan voli RT 01 Jopaitan, Serut, Palbapang, Bantul, tepatnya di seberang SD Muhammadiyah Serut. Lokasi ini dipilih mengingat Desa Sabunan sebagai desa wisata dengan gereja Katolik Roma untuk wisatawan beragama Katolik di Bantul.

Persiapan acara telah dimulai sejak pukul 17:15 WIB dengan dipasangnya baliho Open Air Cinema JAFF oleh pemuda desa di pinggir Jalan Menur. Kemudian dilanjutkan dengan pembersihan lapangan dari sampah-sampah oleh panitia. Pemasangan layar, penempatan meja penyambutan, dan persiapan tikar duduk penonton, sound system, serta proyektor disusul kemudian sembari menunggu penonton datang ke lokasi. Acara pun resmi dibuka oleh sambutan dari perwakilan JAFF, Said Nurhidayat. Said menjelaskan bahwa visi Open Air Cinema adalah untuk mendekatkan film kepada para penonton yang memiliki akses terbatas ke bioskop konvensional. Andi Wibowo, selaku perwakilan Remaja Jopaitan Sabunan (REJAJOSA) sangat mengapresiasi penyelenggaraan Open Air Cinema. “Kalau di JAFF namanya Open Air Cinema, kalo di Dusun ini namanya ‘Nonton Sorot’,” tuturnya dengan bersemangat.

Tiga film karya sineas Indonesia diputar pada penyelenggaraan Open Air Cinema hari pertama diawali oleh film ‘Golek Balung Butho’ karya Khusnul Khitam. Film pendek berdurasi 28 menit ini dirilis pada tahun 2018 dengan genre fiksi. Dilanjutkan dengan film berikutnya, film kedua yang langsung diputar adalah film animasi pendek berjudul ‘Tentickles!’ dengan durasi tujuh menit. Film fiksi ini merupakan karya sutradara Indonesia, Michael Gavin, yang juga dirilis pada tahun 2018. Terakhir, ‘Petualangan Menangkap Petir’ karya Kuntz Agus diputar sebagai film penutup. Dirilis pada tahun 2018, film fiksi Indonesia ini berdurasi paling panjang dibanding dua film sebelumnya, yakni sembilan puluh menit.

Antusiasme masyarakat yang datang terus meningkat hingga akhir acara dengan total pengunjung yang hadir sekitar 300 orang. Anak-anak, muda-mudi, hingga orang tua hadir memadati lokasi pemutaran hingga ke teras sekolah di sudut lapangan. Acara pemutaran film berjalan dengan lancar hingga pukul 22:15 dengan kondisi cuaca yang cukup baik.

Dua rangkaian perhelatan Open Air Cinema selanjutnya akan dilaksanakan di Desa Sutodirjan, Kemetiran dan Studio Gamplong yang akan menayangkan beberapa film pendek dan panjang di antaranya, Tilik, Gumbregan, Guru Ngaji, dan Sultan Agung. (qin)

Artikel Serupa

Ke Atas